LAPORAN KESUBURAN TANAH 2014 FP UNS
I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tanah adalah
suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi, yang tersususn dari
bahan-bahan mineral hasil pelapukan batuan da bahan organik sebagai hasil
pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium pertumbuhan tanaman
dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor
iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lainnya waktu pembentukan.
Sebidang tanah
yang kita peroleh (baik dari hasil pembukaan hutan secara sah dan tanah-tanah
pemiliknya secara tradisional) untuk di manfaatkan sebagai lahan pertanaman
perlu mendapatkan penelitian yang saksama agar pertanaman itu berhasil dengan
baik, untuk pertanaman apa yang cocok untuk tanah itu, kandungan bahan-bahan
pada tanah apakah mencukupi ataukah masih terdapat kekurangan, atau ada di
antara bahan-bahan yang terkandung itu yang mengandung racun, sehingga tanaman
akan mati kalau di tanaman pada lahan itu. Selain itu, apakah anah itu terlalu
masan atau mengandung kadar keasinan yang tinggi. Tanah sebagai salah satu
unsur habitat perlu diketahui kapasitas kemampuannya jika kita hendak melakukan
pertanian pada tanah itu.
Kesuburan tanah
di tentukan oleh keadaan fisika, kimia dan biologi tanah. Keadaan fisika tanah
meliputi kedalaman efektif, tekstur, struktur, kelembapan dan tata udara tanah.
Keadaan kimia tanah meliputi reaksi tanah (pH tanah), KTK, kejenuhan basa,
bahan organik, banyaknya unsur hara, cadangan unsur hara dan ketersediaan
terhadap pertumbuhan tanaman. Sedangkan biologi tanah antara lain meliputi
analisa ketersediaan hara makro primer (N,P dan K) di dalam tanah.
B. Tujuan
Praktikum
1. Mahasiswa
bisa melakukan analisis beberapa sifat kimia tanah.
2. Mahasiswa
mampu melihat pengaruh dari tindakan pemupukan atau pengelolaan terhadap
pertumbuhan atau hasil tanaman.
C. Waktu
dan Tempat Praktikum
Praktikum lapang ini dilaksanakan mulai
tanggal 8 Maret 2014 yang bertempat di Jumantono, Karanganyar Dan praktikum
laboratorium mulai tanggal 13 Mei 2014 pukul 08.30-17.30 di laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian UNS.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanah Alfisol
Alfisol merupakan tanah yang
relatif muda masih banyak mengandung mineral primer yangmudah lapuk, mineral
liat kristalin dan kaya unsur hara. Tanah ini mempunyai kejenuhanbasa tinggi,
KTK dan cadangan unsur hara tinggi. Alfisol merupakan tanah-tanah
dimanaterdapat penimbunan liat di horison bawah. Liat yang tertimbun di horison
bawah ini berasaldari horison diatasnya dan tercuci kebawah bersama gerakan air
perkolasi(Foth, H. D1994).
Lahan kering tanah Alfisol sangat
potensial untuk pengembangan budidaya kacang tanah. Tanah Alfisol mempunyai
keunggulan sifat fisika yang relatif bagus, tetapi tanah Alfisol umumnya miskin
hara tanaman baik yang makro maupun mikro dan hanya kaya akan hara Ca dan Mg. Produktivitas
lahan umumnya relatif rendah sebagai akibat kandungan humus yang sudah sangat
rendah, terutama yang sudah cukup lama dimanfaatkan untuk budidaya tanaman
pangan. Tanah Alfisol di Indonesia sekitar 7 juta hektar tersebar di Pulau Jawa
dan Nusa Tenggara. Namun demikian berapa luas lahan kering Alfisol yang sudah
dimanfaatkan untuk budidaya tanaman pangan belum diperoleh data yang jelas
(Ispandi 2004).
Stabilitas agregat tanah (SA03B)
untuk alfisol tergolong mantap. Kondisi ini dapat difahami bahwa dilihat dari
selisih nilai yang begitu besar antara stabilitas agregat di atas 2 mm (SA20B)
dengan stabilitas agregat di atas 0,3 mm (SA03B) yang mendekati 50%,
menunjukkan bahwa agregat yang terbentuk didominasi oleh agregat-agregat yang
berukuran kurang dari 2 mm, dan agregat ini bila terlepas mudah terangkut oleh
aliran air permukaan (Handayani 2002).
Alfisols merupakan tanah yang telah
berkembang dengan karakteristik profil tanah membentuk sekuen horison A/E/B/C,
yang terbentuk melalui proses kombinasi antara podsolisasi dan laterisasi pada
daerah iklim basah dan biasanya terbentuk dibawah tegakan hutan berkayu keras
(Tan 2000).
B. Pupuk
KCL, Urea, ZA, SP36
Ammonium
Sulfat (Za) merupakan salah satu jenis pupuk sintetis yang mengandung unsur
hara N. Unsur hara N yang berasal dari Urea dan Za merupakan hara makro utama
bagi tanaman selain P dan K dan seringkali menjadi faktor pembatas dalam
produksi tanaman. Defisiensi N membatasi pembesaran sel dan pembelahan sel. N
berperan sebagai bahan penyusun klorofil dan asam amino, pembentuk protein,
esensial bagi aktivasi karbohidrat, dan komponen enzim, serta menstimulasi
perkembangan dan aktivitas akar serta meningkatkan penyerapan unsur-unsur hara
yang lain (Olson dan Kurtz 1982).
Penggunaan
pupuk urea yang semakin tinggi dosisnya berpengaruh nyata meningkatkan pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah
anakan, jumlah rimpang induk, bobot rimpang kering dan bobot kering batang +
daun/rumpun). Warna daunnya terlihat lebih hijau gelap dan pertumbuhannya pada
tinggi tanaman lebih tinggi pada tanaman yang dipupuk urea dosis 300
kg/ha.Rendahnya status hara N tanah, menyebabkan respon tanaman terhadap
komponen pertumbuhan meningkat dengan pemberian pupuk urea dosis 300 kg/ha
(Rahardjo 2010).
Penggunaan
pupuk kimia berkadar hara tinggi seperti Urea, Za, Tsp atau SP-36, dan Kcl tidak
selamanya menguntungkan karena dapat menyebabkan lingkungan menjadi tercemar
jika tidak menggunakan aturan yang semestinya.Pemupukan dengan pupuk kimia
hanya mampu menambah unsur hara tanah tanpa memperbaiki sifat fisika dan
biologi tanah, bahkan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap tanah.
Penggunaan pupuk sintetis yang tinggi pada tanah akan mendorong hilangnya hara,
polusi lingkungan, dan rusaknya kondisi alam ( Iwan 2004).
Hasil
analisis statistik menunjukkan bahwa berbagai dosis Kcl hanya memperlihatkan pengaruhnya
pada komponen pengamatan tinggi tanaman umur 4, 6 dan 8 mst dan hasil tanaman
jagung. Secara umum, kalium sangat berperan dalam merangsang pertumbuhan akar
tanaman. Perakaran yang optimal akan mendukung suplai unsur hara ke dalam
jaringan tanaman sehingga akan mendukung pertumbuhan tanaman jagung. Selain itu
un-sur K sangat mempengaruhi laju peman-jangan batang terutama pada jaringan
yang aktif membelah pada bagian ujung tanaman (jaringan meristem).Bahwa secara
alamiah K berdifusi lewat tanah ke akar tanaman yang tumbuh pada daerah
perakaran dan K memberikan efek yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman (Masdar
2003).
Penggunaan
pupuk kimia berkadar hara tinggi seperti Urea, ZA, TSP atau SP-36, dan KCl
tidak selamanya menguntungkan karena dapat menyebabkan lingkungan menjadi
tercemar jika tidak menggunakan aturan yang semestinya.Pemupukan dengan pupuk
kimia hanya mampu menambah unsur hara tanah tanpa memperbaiki sifat fisika dan
biologi tanah, bahkan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap tanah.
Penggunaan pupuk sintetis yang tinggi pada tanah akan mendorong hilangnya hara,
polusi lingkungan, dan rusaknya kondisi alam (penelitian USU 2005).
C. Jagung
Manis
Jagung manis (sweet corn) merupakan komoditas palawija dan termasuk dalam
keluarga (famili) rumput-rumputan (Gramineae)
genus Zea dan spesies Zea mays saccharata. Jagung manis
memiliki ciri-ciri endosperm berwarna bening, kulit biji tipis, kandungan pati
sedikit, pada waktu masak biji berkerut. Produk utama jagung manis adalah
buah/ tongkolnya, biji jagung manis mempunyai bentuk, warna dan kandungan
endosperm yang bervariasi tergantung pada jenisnya, biji jagung manis terdiri
atas tiga bagian utama yaitu kulit biji (seed coat), endosperm dan embrio. Jagung
tergolong tanaman C4 dan mampu beradaptasi dengan baik pada faktor pembatas
pertumbuhan dan produksi.Salah satu sifat tanaman jagung sebagai tanaman C4,
antara lain daun mempunyai laju fotosintesis lebih tinggi dibandingkan tanaman
C3, fotorespirasi dan transpirasi rendah, efisien dalam penggunaan air (Koswara 2009).
Syarat pertumbuhan tanaman jagung
adalah tumbuh dalam keadaan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus
merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air.
Sebaiknya ditanam awal musim hujanatau menjelang musim kemarau. Membutuhkan
sinar matahari, tanaman yangternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan
memberikan hasil biji yang tidakoptimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C.
Jagung tidak memerlukan persyaratantanah khusus, namun tanah yang gembur, subur
dan kaya humus akan berproduksioptimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan
air baik, kemiringan tanahkurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan
lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukanpembentukan teras dahulu. Ketinggian antara
1000-1800 m dpl dengan ketinggianoptimum antara 50-600 m dpl. Benih sebaiknya
bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Syarat dalam
pemilihan benih adalah biji yang mempunyai daya tumbuh benih lebih dari 90%.
Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam,sebaiknya direndam dalam
POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam) (Rukhana 1997).
Tanaman jagung yang mengasorpsi P
dalam jumlah relatif sedikit daripada hara N dan K. Pola akumulasi P tanaman
jagung hampir sama dengan akumulasi hara N. Pada fase awal, pertumbuhan
akumulasi P relatif lambat, namun setelah berumur 4 minggu meningkat dengan
cepat. Pada saat keluar bunga antan, akumulasi P pada tanaman jagung mencapai
35% dari seluruh kebutuhannya. Selanjutnya akumulasi meningkat hingga menjelang
tanaman dapat di panen. Gejala kekurangan P biasanya tampak pada fase awal
pertumbuhan. Tanaman yang kekurangan P, daunnya berwarna keunguan. Kekurangan P
juga menyebabkan perakaran tanaman menjadi dangkal dan sempit penyebarannya
serta batang menjadi lemah. Selain itu, pembentukan tongkol jagung menjadi
tidak sempurna dengan ukuran kecil dan barisan biji tidak beraturan dengan biji
yang kurang berisi (Sutanto
2005).
Tongkol tumbuh dari buku, di antara
batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan
satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Buah Jagung
siap panen Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol
produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung
siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya
(protandri) (Nuning 2012).
D. N,P, dan K jaringan tanaman
Jaringan merupakan kumpulan dari
sel-sel yang mengandung protoplasma, dimana sel-sel tersebut memerlukan unsure
hara terutama hara esensial untuk tumbuh dan berkembang. Bersama unsur fosfor
(P) dan kalium (K), nitogen (N) merupakan unsure hara yang mutlak dibutuhkan
oleh tanaman. Bahan tanaman kering mengandung sekitar 2 sampai 4 % N, jauh
lebih rendah dari kandungan C yang berkisar 40%. Namun hara N merupakan
komponen protein (asam amino) dan khlorofil. Bentuk ion yang diserap oleh
tanaman umumnya dalam bentuk NO3- dan NH4+ bagi tanaman padi sawah (Kemas
2005).
Senyawa
nitrogen organik dioksidasi dalam lingkungan asam sulfat pekat dengan katalis
campuran selen membentuk (NH4)2 SO4. Kadar amonium dalam ekstrak dapat
ditetapkan dengan cara destilasi atau spektrofotometri. Pada cara destilasi,
ekstrak dibasakan dengan penambahan larutan NaOH. Selanjutnya, NH3 yang
dibebaskan diikat oleh asam borat dan dititar dengan larutan baku H2SO4
menggunakan penunjuk Conway. Cara spektrofotometri menggunakan metode
pembangkit warna indofenol biru (Khama 2012).
Absorpsi N oleh tanaman jagung
berlangsung selama pertumbuhan. Pada awal pertumbuhan, akumulasi N dalam
tanaman relatif lambat dan setelah tanaman berumur 4 minggu akumulasi N sangat
cepat. Pada saat pembungaan (bunga jantan muuncul) tanaman jagung telah
mengabsorpsi N sebnayak 50% dari seluruh kebutuhannya. Oleh karena itu, untuk
memperoleh hasil jagung yang baik, unsur hara N dalam tanah harus cukup
tersedia pada fase pertumbuhan tersebut. Tanaman jagung yang kekurangan unsur N
akan memperlihatkan pertumbuhan yang kerdil dan daun tanaman berwarna hijau
kekuning-kuningan yang berbentuk huruf V dari ujung daun menuju tulang daun dan
dimulai dar daun bagian bawah terlebih dahulu. Selain itu, tongkol jagung
terbentuk menjadi kecil dan kandungan protein dalam biji rendah (Novizan 2002).
Ketersediaan P ini berperan dalam
pembelahan inti sel untukmembentuk sel-sel baru dan memperbesar sel itusendiri.
Akibatnya, pertumbuhan dan perkembangan tanaman meningkat. Bahwa pemberian
pupuk P meningkatkansecara nyata serapan P dan N tanaman pada umur 28HST
tanaman jagung. Sejalan dengan hal tersebut,bahwa P mampumeningkatkan proses
fotosintesis yang selanjutnyaakan berpengaruh pula pada peningkatan berat
kering tanaman (Noorjannah 2012).
Salah satu fungsi unsur K adalah
sebagai transportasi hasil fotosintat menuju ketempat penyimpanan seperti biji,
buah, umbi, dan rimpang(sink). Tanaman penghasil rimpang mengakumulasi
hasilfotosintat cukup besar, maka peranan K sangat penting.Kalium terdapat
banyak dalam jaringan meristem, sedikit didalam biji dan buah. Kandungan K
dalam kloroplas diperkirakan tiga kali lipat daripada kandungan di dalam
sitoplasma dan vakuola.Sedangkan 40 - 45% dari K di daun merupakan unsur
yangmobil di dalam tumbuhan dan merupakan ion monovalenterbanyak yang terdapat
di dalam jaringan tumbuhan.Fungsi K di dalam metabolisme tumbuhan adalah
sebagaikatalisator dan memegang peranan penting di dalam sintesaprotein dari
asam-asam amino dan hidrat arang. Perananlain dari K adalah memacu translokasi
hasil fotosintesisdari daun ke bagian lain tanaman (Rahardjo 2010).
E. N,P,
dan K tersedia tanah
Pengaruh
kelebihan hara N dapat dikurangi dengan pemberian unsur hara dan P yang cukup. Pemberian pupuk K dan P
yang cukup selain dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil juga akan
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap cekaman lingkungan dan organisme pengganggu
tanaman terutama yang disebabkan oleh bakteri dan jamur (Ruhnayat 2011).
Pupuk
NPK memiliki faktor-faktor positif dalam
hal penghematan tenaga kerja. Karena pupuk NPK termasuk dalam pupuk buatan yang
harus di kerjakan biasanya lebih sedikit dan menaburkan penghematan zat makanan tanaman dapat
dilakukan dalam satu kali kerja saja. Penghematan tenaga kerja dengan
penggunaan pupuk NPK mencapai 50-60%. Hal ini berarti bahwa dengan penggunaan
waktu yang sama tetapi dengan pupuk NPK kita dapat mengerjakan dua kali jumlah
luas tanaman (Suryani 2004).
Untuk
mendapatkan pertumbuhan yang baik yang memberikan hasil yang tinggi,
unsur-unsur hara yang tersedia harus dalam keadaan yang cukup. Jumlah banyaknya
pupuk NPK yang harus di taburkan biasanya tergantung dari kebutuhan tanaman
akan nitrogen. Berhubung pupuk NPK lebih bersih daripada berbagai macam pupuk
tunggal, maka jumlah seluruhnya yang harus ditaburkan juga jauh lebih
sedikit.Untuk tanaman jagung, ada yang memakai pupuk NPK dengan menaburkannya
mengikuti lajur.Namun, menaburkannya harus hati-hati, karena dapat
mengakibatkan terbakarnya bibit yang baru saja mekar untuk tumbuh (Sipahutar
2002).
Penyemprotan
pupuk paling baik dilakukan pada waktu sebelum pengolahan tanah, sehingga pupuk
dapat terus di olah terus ke dalam tanah.Lagi pula hal ini mencegah menjadi
rusaknya bibit yang baru saja mekar untuk tumbuh, karena konsentrasinya garam
yang terlalu tinggi.Penggunaan dilakukan dengan penyemprotan yang agak kasar,
jadi tekanan rendah, untuk mencegah tersebarnya larutan oleh hembusan angin.
Maka dari itu akan menghemat tenaga (40% dibandingkan dengan produk yang
curah), mengurangi bekas-bekas roda dari alat angkutan dan merupakan penyebaran
pupuk yang lebih merata (Hasibuan 2006).
Pemberian
pupuk NPK diharapkan mampu memberikan tambahan unsur hara seperti nitrogen
(NH4+, NO3-), fosfor (HPO42-) dan kalium (K+) pada tanah sehingga dapat
mencukupi kebutuhan hara bagi pertumbuhan. PemupukanP menjadikan kepekatan P
per satuan massa tanah semakin tinggi, karena pupuk NPK dapat larut maka akan
lebih banyak berperan menjaga kepekatan P larutan jika ada anion P dalam
larutan yang diserap akar tanaman (Saribun 2008).
F.
Bahan Organik ,Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan Kadar
Lengas Tanah
Kandungan
bahan organik dalam tanah dapat ditingkatkan dengan pemberian pupuk organic,
limbah kota maupun guano. Limbah hasil pertanian dapat berupa sisa tanaman,
sisa hasil panen, pupuk kandang, dan pupuk hijau. Sisa hasil panen yang
tersedia melimpah antara lain adalah blotong, tandan buah kelapa sawit, sekam
padi, dan kulit buah kopi. Selain bahan tersebut, pupuk organic mencakup pula
limbah industry pertanian, minuman, makanan, dan kimia (Sudiarto 2004).
Bahan
organik tanah walaupun kadarnya sangat rendah dalam tanah, namun keberadaanya
akan sangat berpengaruh terhadap sifat fisika dan biologi tanah. Tanah dengan
kadar bahan organik pada umumnya akan memberikan kenampakan warna yang lebih
gelap disbanding tanah dengan kadar bahan organic lebih rendah. Karakteristik
warna tanah dengan kadar bahan organic tersebut digunakan sebagai dasar untuk
memprediksi kadar bahan organic dalam tanah menggunakan pengolahan citra dan
jaringan syaraf tiruan (Hermantoro 2011).
Kapasitas
pertukaran kation (KPK) menunjukkan kemampuan tanah untuk menahan kation-kation
dan mempertukarkan kation-kation tersebut termasuk kation hara
tanaman.Kapasitas pertukaran kation penting untuk kesuburan tanah. Humus dalam
tanah sebagaihasil proses dekomposisi bahan organik merupakan sumber muatan
negatif tanah,sehingga humus dianggap mempunyai susunan koloid seperti lempung,
namun humustidak semantap koloid lempung, dia bersifat dinamik, mudah
dihancurkan dan dibentuk.Sumber utama muatan negatif humus sebagian besar
berasal dari gugus karboksil (-COOH) dan fenolik (-OH)nya (Brady 1990).
Lingkup
lengas tanah adalah petunjuk umum tentang keadaan lengas tanah. Secara kasar
menunjukan tanah berada dalam keadaan kering atau lembab berdasarkan keadaan
dalam penggal baku tanah (Soil ontrol ection), yaitu mintakat antara jeluk 10
dan 30 cm dalam tanah lempungan atau antara 30 dan 90 cm dalam tanah pasiran. Penetapan
kadar lengas tanah dapat dilakuakn secara tidak langsung atau langsung. Metode
langsung diartikan sebagai metode dimana air dikeluarkan dari sampel misalnya
melalui evaporasi selanjutnya jumlah air yang dikeluarkan tersebut ditentukan.
Cara yang paling umum digunakan dalam menentukan jumlah air yang dikeluarkan
adalah dengan mengukur kehilangan berat sample (Gardner,1986).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kadar lengas adalah pengaruh temperatur terhadap
sifat-sifattanah lebih kecil dibandingkan curah hujan (lengas), karena sebagian
energi digunakan untukevaporasi dan transpirasi. Jadi pengaruh temperatur
berpengaruh terhadap kegiatanperombakan bahan organik serta laju reaksi
pelapukan kimia. Iklim merupakan faktor yangmempengaruhi kadar lengas tanah.
Curah hujan dan temperatur merupakan anasir iklim yangberpengaruh pada
kandungan kadar lengas tanah. Faktor topografi berpengaruh padakandungan lengas
tanah dalam mempercepat kehilangan lengas atau sebaliknya, yaitumengawetkannya
(Boyzeric 2010).
III.METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Praktikum
Lapang
1. Alat
a. Cethok
b. Ember/gembor
c. Penggaris
d. Patok
Kayu
e. Rafia
f. Cangkul
g. Plat
Kayu
2. Bahan
a. Benih
jagung
b. Pupuk
KCL, SP36, Urea dan ZA.
3. Prosedur Kerja
Dalam kegiatan ini mahasiswa di kelompokkan kedalam
beberapa kelompok. Setiap kelompok akan melakukan penanaman tanaman jagung
manis di lapangan, pemupukan, pengamatan, pemeliharaan tanaman sampai panen.
Dengan cara kerja sebagai berikut :
a. Pengolahan
tanah
Pengolahan tanah di lakukan
mencangkul tanah pada kedalaman olah, kemudian menggemburkan dan meratakannya
serta di bersihkan dari sisa-sisa tanaman penganggu.
b. Pembuatan
petak
Pembuatan petak dengan ukuran 2x2 meter.
c. Penanaman
Menanam biji jagung manis 2 biji
perlubang dengan jarak tanam 50x50 meter.
d. Pemupukan
e. Pengamatan
Setiap praktikan ( kelompok praktikum)
wajib membawa peralatan untuk pengukuran setiap minggunya dan dilakukan juga
pemeliharaan dengan melakukan penyiraman setiap minggu. Hasil pengamatan harus
di setujui oleh asisten.
Cara pengukuran/
pengamatan tanaman :
1) Tinggi
Tanaman Jagung
Diukur dari pangkal tanaman ( batas
antara akar dan batang) hingga ujung daun tertinggi (helaian daun di
tangkapkan), dilakukan seminggu sekali.
2)
Berat Brangkasan segar
Brangkasan segar
meliputi seluruh daun yang telah di panen untuk tanaman jagung. Seluruh bagian
tanaman di bersihkan dan melakukan penimbangan.
3) Berat
Brangkasan Kering
Berat brangkasan yang sudah di oven pada ±
70ºC hingga bobot menjadi konstan (±48 jam).
4) Pemanenan
Saat Pertumbuhan Vegetatif Maksimum
Setelah tanaman mencapai
pertumbuhan maksimum yang ditandai dengan keluarnya bunga ( kira-kira berumur
45 tahun hari) dilakukan pengambilan sampel daun ke 4/5 (daun yang telah
membuka sempurna), sebanyak 4 sampel per petak.
Pada saat yang sama juga dilakukan
pengambilan sampel tanah untuk analisis beberapa sifat kimia tanah di
laboratorium.sampel tanah maupun tanaman selanjutnya di bawa ke laboratorium
dan di proses untuk analisis lebih lanjut.
5) Penangan
sampel tanaman dan tanah
a) Membersihkan
tanaman jagung dari tanah, lalu meangin-anginkan sampai layu. Selanjutnya di
potong agak kecil lalu memasukkan dalam oven dengan suhu 60ºC sampai kering.
Setelah kering menimbang sampel lalu menggrinding dan menyimpan dalam kantong
plastik memberi tabel dengan kode perlakuannya dan siap untuk menganalisis.
Analisis jaringan meliputi N,P,K jaringan tanaman dengan metode Kjeldahl untuk
N jaringan, P dan K jaringan dengan metode ekstraksi HNO3 pekat dan HCLO4
pekat.
b) Mengambil
tanah dari lapang,membersihkannya dari perakaran lalu mengkeringkan.
Selanjutnya setelah kering angin, menumbuk dan menyaring dengan saringan
berdiameter 0.5 mm, menyimpan hasil saringan dalam plastik dan memberi label
dan selanjutnya menganalisisnya.
6) Pemanenan
Hasil
Melakukan pemanenan apabila jagung sudah
siap di panen dengan
cara memetik tongkol jagung.
B. Praktikum
Laboratorium
1. Kadar
Lengas
a. Alat
1) pH
meter
2) tissue
3) botol
semprot
b. Bahan
1) CTKA
2) Botol/flakon
3) Alat
penggojog
4) Aquades
5) Labu
ukur
c. Cara
kerja
1) Menimbang
botol timbang kosong (a)
2) Menimbang
contoh tanah 5 gram dan memasukkanya ke dalam botol timbang
3) Menimbang
botol timbang dan contoh tanah (b)
4) Mengoven
selama 4 jam pada suhu 105ºC.
5) Mendinginkan
dalam eksikator lalu menimbang botol timbang (c)
6) Menghitung
kadar lengas tanah
2. Kapasitas Tukar Kation
Prosedur
analisis KTK
a.
Alat
1)
Erlenmeyer
2)
Alat penggojog
3)
Kertas saring
4)
Corong
5)
Pipet ukur labu destilasi
6)
Destilator
7)
Buret dan statif
8)
Timbangan
b. Bahan
1) Ctka 0,5 mm
2) Amonium acetate 1 N
3) Alkohol 95%
4) NaCl 10 %
5) NaOH 45%
6) HCL 1 N
7) Asam Borat 2%
8) Indikator campuran (BCG dan MR)
9) Aquadest
10) Butir Zn
c. Cara kerja
1) Menimbang Ctka 0,5 mm 10 g, lalu
memasukkan dalam erlenmeyer
2) Menambahkan amonium acetat dan
menggojok selama 10 menit
3) Mencuci dengan amonium acetat 8 kali
dan mencuci ctka lagi dengan alkohol 10 cc sebanyak 5 kali kemudian membuang
filtrat
4) Mencuci dengan HCL 10% 10 cc sebanyak 8
kali dan memindahkan filtrat kedalam labu destilasi
5) Mengencerkan dengan aquadest sampai
volume 150 cc
6) Melakukan destilasi dengan penampung
10 cc Asam Borat 2% dan menambahkan indikator campuran sebanyak 2 tetes
7) Melakukan destilasi dengan penampung
10 cc Asam Borat 2% dan menambahkan indikator campuran sebanyak 2 tetes
8) Menunggu hasil destilasi sampai
volume 40 cc
9) Mentitrasi hasil destilasi dengan
HCL 0,1 N sampai warna kehijauan
10) Mencatat jumlah HCL (ml/cc) yang di
gunakan untuk titrasi.
Keterangan : hasil
destilasi bisa hanya diambil 10 cc tetapi hasil titrasi dikalikan 4
3. Bahan Organik
a. Alat
1) Labu takar 50 ml
2) Gelas piala 50 ml
3) Gelas ukur 25 %
4) Pipet drop
5) Pipet ukur
b. Bahan
1) Ctka 0,5 mm
2)
1N
3) Asam sulfat pekat
4) Asam fosfat 85%
5) FeSO4 0,5%
6) Indikator DPA
7) Aquadest
c. Cara kerja
1) Menimbang CTKA 0,5 mm seberat 0,5 g
dan memasukkan kedalam labu takar 50 ml
2) Menambahkan
1N
sebanyak 10 ml
3) Menambahkan dengan hati-hati lewat
dinding 10 cc asam sulfat pekat setetes demi setetes, hingga menjadi berwarna
jingga. Apa bila muncul warna kehijauan. Melakukan hal yang sama untuk blanko
(tanpa tanah)
4) Menggojog dengan memutar dan
mendatar selama 1 menit, lalu mendiamkannya selama 30 menit
5) Menambahkan asam fosfat 85% dan
mengencerannya dengan aquadest hingga tanda tera (vol 50 ml) dan menggojog
sampai homogen
6) Mengambil 5 ml larutan bening dan
menambah 15 ml aquadest serta indikator DPA sebanyak 2 tetes, kemudian
menggojognya bolak-balik sampai homogen
7) Menitrasi dengan FeSO4 0,5 N hingga
warna hijau cerah
4.
N
Total Tanah
a.
Alat
1)
Gelas
arloji
2)
Timbangan
analitik
3)
Tabung
Kjeldahl
4)
Erlenmeyer
5)
Buret
6)
Labu
destilasi
b.
Bahan
1) Ctka
0,5 mm
2)
pekat
3) Cu
dan
(perbandingan
20:1)
4) Aquadest
5)
atau
10%
6) Indikator Methyl red
7) NaOH 0,1N atau NCL 0,1N
8) Butir Zn
c. Prosedur kerja
1) Destruksi
a) Menimbang dengan gelas arloji
bersih/kertas contoh tanah kering angin diameter 0,5 mm 1 gram
b) Memasukkan ke tabung Kjedahl dan
menambahkan 6 ml
pekat
c) Menambahkan campuran serbuk k2so4
dan CuSO4 1 sendok kecil
d) Melakukan destruksi hingga campuran
homogen yaitu asap hilang dan larutan menjadi putih kehijauan atau tidak
berwarna
2) Destilasi
a) Setelah larutan dalam tabung Kjedahl
dingin, menambahkan aquades 30 ml dan menuangkan dalam tabung destilasi (tanah
tidak ikut), menambahkan 2 butir Zn dan 20 ml NaOH pekat.
b) Mengambil
larutan penampung 10 ml (merupakan campuran
0,1 N dan 2
tetes metyl red) pada beker glass atau Erlenmeyer (larutan penampung sudah
dibuatkan).
c) Melakukan
destilasi hingga volume larutan penampung 40 ml.
3) Titrasi
a) Mengambil larutan
penampung 10 ml dan melakukan titrasi pada larutan dalam beker glass hasil
destilasi, dengan
0,1 N sampai warna hamper hilang/kuning bening.
b) Melakukan
prosedur diatas untuk blanko.
c) Menghitung
nilai N total tanah.
5. P tersedia
tanah
a.
Alat
1) Gelas ukur
2) Timbangan
analitik
3)
Tabung reaksi
4)
Corong
5)
Kertas saring whatman
6)
Erlenmeyer
7)
Pipet ukur
8)
Spektrofotometer
b.
Bahan
1)
Ctka 0,5 mm
2)
Larutan HCl 0,025 N
3)
Larutan NH4F 0,03 N
4)
Ammonium Molibdat
5)
Larutan SnCl2
6)
Larutan standar P
c. Cara Kerja
1)
Mengencerkan larutan standar P
2)
Menimbang 0,5 gram tanah kering
angina kemudian memasukkannya ke dalam flakon
3)
Menambahkan 7 ml larutan Bray (NH4F
0,03 NdanHCl 0,025 N)
4)
Menyaring dengan kertas whatman
sampai jernih
5)
Mengambil 2 ml filtrat dan menambah
5 ml aquadest
6)
Menambah 2 ml ammonium holibdat
hingga homogeny
7)
Menambah 1 ml SnCl2 dan
menggojognya (sebelum ditembak)
8)
Mengukur dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 660 nm.
6.
K
tersedia tanah
a.
Alat
1)
Gelas
ukur
2)
Tabung
reaksi
3)
Timbangan
analitik
4)
Corong
5)
Flame
photometer
b.
Bahan
1)
Ctka
0,5 mm
2)
Lithium
khlorida (LiCl2) 0,05 N
3)
Amonium
acetate 1 N pH 7
c.
Cara
kerja
1)
Menimbang
contoh tanah 2,5 gram
2)
Menambah
amonium asetat 25 ml dan menggojog selama 30 menit
3)
Menyaring
ekstrak dan mengambil 5 ml
4)
Menambah
5 ml LiCl2 dan menjadikan volume 50 ml dengan aquades
5)
Menembak
dengan flamefotometer
7.
N
Jaringan Tanaman
a. Alat
1) Neraca analitik tiga digital
2) Tabung digestion
3) Alat destilasi
4) Labu didih 250 ml
5) Erlenmeyer 100 ml
6) Tabung reaksi
b. Bahan
1)
Asam
sulfat pekat
2)
Natrium
hidroksida
3)
Asam
borat
4)
Petunjuk
conwey
5)
Batu
didih
c. Cara kerja
1) Destruksi
a) Menimbang sampel tanaman dengan
kertas bersih dan kering sebanyak 0,1 gram
b) Memasukkan ke dalam tabung Kjedahl
dan menambahkan 3 ml
pekat
c) Menambahkan campuran serbuk Cu
dan
1
sendok kecil
d) Melakukan destruksi hingga campuran
homogen yaitu asap hilang dan larutan menjadi putih kehijauan atau tidak
berwarna.
2) Destilasi
a) Menambahkan aquadest 30 ml, setelah
larutan dalam tabung Kjedahl dingin dan menuangkan dalam tabung destilasi,
menambahkan 2 butir Zn dan 20 ml NaOH pekat
b) Membuat larutan penampung 10ml
campuran
4% + indikator campuran pada gelas piala
(sudah di buatkan).
c) Melakukan destilasi hingga volume
larutan penampung 40 ml
3)
Titrasi
a) Mengambil larutan hasil destilasi 10
ml dan melakukan titrasi dengan HCL 0,1N (sampai warna menjadi kuning).
b) Melakukan prosedur di atas untuk
blanko.
c) Menghitung nilai N jaringan
8.
P Jaringan Tanaman
a.
Alat
1) Tabung
reaksi
2) Penggojog
tabung
3) Spektrofotometer
4) Timbangan
analitik
b.
Bahan
1) Asam Nitrat
pekat
2) HClO4
pekat 60 %
3) Pereaksi P
c.
Cara Kerja
1) Membuat
larutan standar P
2) Menimbang
0,2 gram sampel jaringan dan
memasukkannya dalam tabung reaksi
3) Menambahkan
2 ml HNO3 pekat dan HClO4 0,6 ml
4) Memanaskan
di atas pemanas sampai larutan jernih dan jangan sampai kering lalu
mendinginkannya
5) Menambahkan
aquades sampai volume menjadi 10 ml
6) Menyaring
larutan dengan kertas Whatman
7)
Mengambil 1 ml filtrat dan
mengencerkan larutan sampai 10 ml
8) Menambahkan
2 ml HNO3 2 N
9) Menambahkan
1 ml vanadium molibdat, gojog, dan diamkan selama 30 menit
10) Menembak
dengan spektrofotometer dan menghitung kadar P
ppm P = y x pengenceran
ket : y = perhitungan dari hasil pembacaan
setelah dimasukkan dalam persamaan regresi
9.
K Jaringan Tanaman
a.
Alat
1) Tabung
Reaksi
2) Timbangan
3) Pemanas
4) Flamefotometer
b.
Bahan
1) Sampel
jaringan
2) HNO3 pekat
dan HClO4 0,6 ml
3) Kertas
Whatman
c.
Cara Kerja
1) Membuat
larutan standar K
2) Menimbang
0,2 gram sampel jaringan dan memasukkannya dalam tabung reaksi
3) Menambahkan
2 ml HNO3 pekat dan HClO4 0,6 ml
4) Memanaskan
di atas pemanas sampai larutan jernih dan jangan sampai kering lalu
mendinginkannya
5) Menambahkan
aquades sampai volume menjadi 10 ml
6) Menyaring
larutan dengan kertas Whatman
7) Mengambil 2
ml filtrat dan mengencerkan larutan sampai 10 ml
8) Mengamati
dengan Flamefotometerdan menghitung K
jaringan tanaman
IV. ANALISIS HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN
A. Tinggi Tanaman
1. Hasil
Pengamatan
Tabel 4.1 Tinggi Tanaman Jagung pada
Perlakuan kelompok 6A
Perlakuan
|
Tinggi (cm)
|
|||||
Minggu 1
|
Minggu 2
|
Minggu 3
|
Minggu 4
|
Minggu
5
|
Minggu
6
|
|
Sampel 1
|
2
|
22
|
49
|
86
|
103
|
160
|
Sampel 2
|
7
|
31
|
55
|
89
|
127
|
180
|
Sampel 3
|
4
|
20
|
30
|
74
|
106
|
158
|
Sampel 4
|
7,5
|
30
|
37,5
|
82
|
124,5
|
160
|
Sumber : Logbook
Gambar
4.1 Grafik Tinggi Tanaman Jagung (Zea
mays)
2.
Pembahasan
Melakukan pengukuran tinggi tanaman jagung (Zea Mays)pada setiap satu minggu sekali.
Yaitu melakukan pengamatan meliputi pengukuran tinggi tanaman dan perawatan
(menyiram, menggemburkan tanah dan pemupukan pada waktunya). Waktu untuk
pemupukan yaitu bersama tanaman, 15 HST dan 45 HST. Pupuk yang digunakan
meliputi pupuk ZA, SP-36 dan KCL. Dosis pemupukan bersama tanaman adalah 0,008 kg/petakan
pupuk ZA, 0,056 kg/petakan pupuk SP 36 dan 0,014 kg/petakan pupuk KCL.
Pemupukan 15 HST diantaranya 0,008 kg/petakan pupuk ZA dan 0,028 kg/petakan
pupuk SP-36. Pemupukanterakhir pada 45 HST adalah 0,016 kg/petakan pupuk ZA.
Pemupukan sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan
tanaman dan akan terlihat ketika tanaman agung bertambah tinggi pada setiap
minggunya. Seperti contohnya pada hasil analisis statistik ini menunjukkan
bahwa berbagai dosis Kcl hanya memperlihatkan pengaruhnya pada komponen
pengamatan tinggi tanaman umur 4, 6 dan 8 mst dan hasil tanaman jagung. Secara
umum, kalium sangat berperan dalam merangsang pertumbuhan akar tanaman.
Perakaran yang optimal akan mendukung suplai unsur hara ke dalam jaringan
tanaman sehingga akan mendukung pertumbuhan tanaman jagung. Selain itu un-sur K
sangat mempengaruhi laju peman-jangan batang terutama pada jaringan yang aktif
membelah pada bagian ujung tanaman (jaringan meristem) (Masdar 2003).
Praktikum ini mengamati tinggi tanaman jagung dari 1 MST sampai 6 MST. Dari hasil pengukuran
tinggi tanaman jagung pada perlakuan ini diperoleh hasil sebagai berikut yaitu untuk
sampel 1 dari minggu pertama sampai minggu ketujuh (2cm, 22cm, 49cm, 86cm, 103cm
dan 160cm), sampel 2 (7cm, 31cm, 55cm, 89cm,
127cm dan 180cm), sampel 3 (4cm, 20cm, 30cm, 74cm, 106cm dan 158cm) dan sampel
4(7,5cm, 30cm, 37,5cm, 82cm, 124,5cm dan 160cm ). Dari data tinggi tanaman
tersebut telah terbukti akibat dari pemupukan adalah bertambahnya tinggi tanaman jagung, daun yang
semakin lebar dan besar.
B. Analisis Tanah
Awal
1. Hasil
Pengamatan
Tabel 4.2
Analisis Tanah Awal
KPK
(cmol(+)/kg)
|
KL
(%)
|
BO
(%)
|
N
Total Tanah (%)
|
P
Tersedia Tanah (ppm)
|
K
Tersedia Tanah (me/100g)
|
13.3
|
9.83
|
1.87
|
0.115
|
2.088
|
0.011
|
Sumber :
Analisis Laboratorium
2.
Pembahasan
Pada
analisis tanah awal yang pertama adalah pelaksanaan pengolahan tanah yang pada
prinsipnya adalah tindakan pembalikan, pemotongan, penghancuran, dan perataan
tanah. Struktur tanah yang semula padat diubah menjadi gembur, sehingga sesuai
bagi perkecambahan benih dan perkembangan akar tanaman. Bagi lahan basah
sasaran yang ingin dicapai adalah lumpur halus, yang sesuai bagi perkecambahan
benih dan perkembangan akar tanaman. Tanah pada daerah Jumantono adalah tanah
yang tergolong dalam kelompok tanah alfisol yang memiliki kandungan liat yang
banyak pada horison bawahnya, hal tersebut akibat dari proses pencucian dari
horison atasnya bersama dengan air sehingga menyebabkan terjadinya penimbunan
liat pada horison bagian bawahnya.Selain itu tanah alfisol juga memiliki
perbedaan yang cukup jelas pada setiap lapisan horisonya. Untuk tanah alfisol
seperti yang digunakan pengamatan saat ini tidak perlu dilakukan pengolahan
awal dengan pengolahan penuh, karena teksturnya sudah remah.
Pada
perlakuan tersebut terdapat kandungan bahan organik (BO) 1,87% yang berarti
kandungan bahan organik tanah pada tanah di jumantono rendah. KPK tanah sebesar
13,3% yang artinya rendah. N total 0,115% yang artinya N dalam tanah rendah. P
tersedia 2,088 ppm yang artinya P tersedia tanah sangat rendah. K tersedia
sebesar 0,011% yang artinya K tersedia sangat rendah.
C. Analisis Tanah
setelah Perlakuan
1. Hasil
Pengamatan
Tabel 4.3 BO, Lengas Tanah, KPK, N, P, K Tanah
Alfisols Jumantono Blok Kelas (AT-2A)
Kelompok
|
KPK (cmol(+)/kg)
|
KL (%)
|
BO (%)
|
N Total Tanah (%)
|
P Tersedia Tanah (ppm)
|
K Tersedia Tanah (ppm)
|
1A
|
8.8
|
7.74
|
9.39
|
0.42
|
64,59
|
57,73
|
2A
|
8.5
|
16.75
|
0.905
|
0,011
|
89,25
|
71,59
|
3A
|
9.6
|
6.012
|
10
|
0.24
|
-
|
63,53
|
4A
|
9
|
9.37
|
16.12
|
0.33
|
68
|
123,6
|
5A
|
9.4
|
4.297
|
0.84
|
0.35
|
15,7
|
-
|
6A
|
21.6
|
15.73
|
9.31
|
0.221
|
58,7
|
-
|
7A
|
6.05
|
8
|
8.64
|
0.218
|
86,6
|
161,86
|
8A
|
28.4
|
137.12
|
1.112
|
6.64
|
121
|
116
|
Sumber : Data
Rekapan
2. Analisis Hasil
Pengamatan
a.
KL
= 15,73%
b.
KPK
= 21,6 cmol(+)/kg (sedang)
c.
BO
Kadar C
= 5,4 %
Kadar
bahan organik
= 9.31% (Sangat tinggi)
d.
N Total Tanah
= 0,221%
(Sedang)
e.
P Tersedia Tanah
Tabel 4.3.1 PPM Larutan Standard P Tersedia Tanah
0 ppm
|
0
|
0,1 ppm
|
0,091
|
0,2 ppm
|
0,155
|
0,4 ppm
|
0,275
|
0,6 ppm
|
0,313
|
0,8 ppm
|
0,426
|
1 ppm
|
0,553
|
1,2 ppm
|
0,642
|
1,4 ppm
|
0,694
|
1,6 ppm
|
0,798
|
1,8 ppm
|
0,899
|
2 ppm
|
0.976
|
Sumber : Data Rekapan
Gambar 4.2 Grafik Regresi Larutan
Standard P Tersedia Tanah
Ppm Larutan tanah =
0,722
KL =
16
Berat tanah =
500 mg
Ppm P
= 0,058 f. K Tersedia Tanah = - (tidak memperoleh data untuk mencari K Tersedia Tanah)
3. Pembahasan
a. Kadar Lengas
Kadar lengas tanah sering
disebut sebagai kandungan air (moisture) yang terdapat dalam pori tanah. Satuan
untuk menyatakan kadar lengas tanah dapat berupa persen berat atau persen
volume. Berkaitan dengan istilah air dalam tanah, Handayani (2009) mengemukakan
bahwa secara umum dikenal 3 jenis, yaitu:
1) Lengas tanah (soil
moisture) adalah air dalam bentuk campuran gas (uap air) dan cairan.
2) Air tanah (soil water)
yaitu air dalam bentuk cair dalam tanah, sampai lapisan kedap air.
3) Air tanah dalam (ground
water) yaitu lapisan air tanah kontinyu yang berada ditanah bagian dalam.
Di dalam pertumbuhan tanaman juga perlu
diketahui keadaan air tanah atau lengas tanah sehingga perlu ditetapkan kadar
air tanah pada beberapa keadaan, antara lain kadar air total, kapasitas lapang
(KL), dan titik layu permanen.
Kadar
lengas tanah merupakan kemampuan tanah untuk mengikat air dalam pori-pori dan
hal ini berkaitan dengan penghitungan KKST, KPK, H+ dan Aldd serta carbon
organik, atau dengan kata lain hampir semua pengamatan yang dilakukan menggunakan
penghitungan kadar lengas tanah. Kadar lengas bisa digunakan untuk indikasi
seberapa besar tingkat tanah mampu dalam menjerap hara dan air. Dengan
mengetahui kadar lengas kita dapat memberikan penyiraman dan pemupukan secara
benar.
Melakukan
praktikum ini di laboratorium kimia
tanah dengan menimbang terlebih dahulu botol timbang(a). Menimbang 5 gram ctka
Ǿ 0,5 mmkemudian menimbang botol timbang dan tanah(b). Dioven selama 4 jam pada
suhu 105º C dan mendinginkannya dalam eksikator dan menimbang lagi botol
timbang(c). Maka didapatkan kadar lengas pada perlakuan kelompok 6A yaitu 16%. Hal
ini berarti bahwa tanah menyediakan lengas dalam keadaan lapang optimum(sedang).
Kadar lengas tertinggi sebesar 137.12% yaitu pada perlakuan kelompok 8A yang pengharkatannya
sangat tinggi. Sedangkan untuk perlakuan kelompok 5A didapatkan hasil yang
terendah sebesar 4.297%.
Besar
kecilnya kadar lengas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sifat tanah,
faktor tumbuh dan iklim. besarnya kadar lengas pada suatu tanah juga
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti diatas. Ketersediaan air dalam tanah dipengarhi oleh:
banyaknya curah hujan atau irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya
evapotranspirasi, tingginya muka air tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa
kimiawi atau kandungan garam-garam, dan kedalaman solum tanah atu lapisan
tanah. Penting bagi kita untuk mengetahui kadar lengas tanah karena lengas
tanah sangat penting dalam proses genesa
tanah.
b. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
KTK (kapasitas tukar kation) yaitu
adalah kemampuan tanah dalam mengikat dan menukarkan kation. Majid (2009)
menyatakan bahwa KTK merupakan jumlah total kation yang dapat dipertukarkan
(cation exchangable) pada permukaan koloid yang bermuatan negatif. Satuan hasil
pengukuran KTK adalah milliequivalen kation dalam 100 gram tanah atau me kation
per 100 g tanah Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan diketahui bahwa KTK =
21,6 cmol (+)/kg menunjukkan bahwa pengharkatan mempunyai KPK yang sedang.
Dengan cc HCl sebesar 21,6 cc dan N HCl sebesar 0,1 N, sedangkan berat ctka 10
gr. Dapat disimpulkan, pH pada tanah alfisol merupakan tanah masam sehingga
kapasitas tukar kation sedang. Faktor yang mempengaruhi KPK tanah diantaranya
adalah :
1) Tekstur tanah,
semakin halus tekstur tanah, makin tinggi nilai KPKnya
2)
Macam koloid, ketidakseragaman klei dan humus merupakan faktor penting dalam
kesuburan
3) Persentase
kejenuhan basa
4)
Reaksi tanah, pada prinsipnya semakin banyak pH suatu tanah, makin tinggi pula
kapasitas tukar kationnya
5)
Kadar bahan organik, makin tinggi kadar bahan organuk tanah, maka makin tinggi
pula KPKnya.
Hasil yang diperoleh
perlakuan kelompok lain berbeda-beda. Misalnya pada perlakuan kelompok 8A yang
mempunyai KPK tertinggi sebesar 28.4 cmol (+)/kg yang pengharkatannya termasuk
dalam kategori tinggi. Sedangkan sebaliknya pada perlakuan kelompok 7A
diperoleh KPK terendah sebesar 6.05% yang pengharkatannya termasuk rendah.
Dengan demikian, yang mempunyai KPK tinggi maka kadar bahan organiknya tinggi. Kemungkinan pada praktikum ini terjadi
kesalahan karna dari data rekapan, bahwa KPK yang tinggi seperti pada perlakuan
kelompok 8A mempunyai kadar bahan organik yang rendah.
c. Bahan Organik (BO)
Bahan organik dalam tanah menurut Sutanto (2005) dapat didefinisikan
sebagai sisa-sisa tanaman dan hewan di dalam tanah pada berbagai pelapukan dan
terdiri dari
organisme yang masih hidup ataupun yang sudah mati. Didalam tanah, bahan
organik bisa berfungsi dan memperbaiki sifat kimia, fisika, biologi tanah
sehingga ada sebagian ahli menyatakan bahwa bahan organik di dalam tanah
memiliki fungsi yang tak tergantikan. Tanah dengan kandungan bahan organik
tinggi mempunyai kapasitas penyangga yang rendah apabila basah. Kemampuan tanah
untuk menyimpan air salah satunya air hujan menentukan juga spesies apa yang
tumbuh.
Pengujian kandungan
bahan organik dilakukan dengan mengisi Ctka yang ditambah dengan K2Cr2O7 1N untuk
memutuskan ikatan CO pada Bahan Organik dan menambahkan H2SO4
pekat untuk memberikan suasana asam menjadi jingga yang menunjukkan masih
terdapatnya sisa oksidator kemudian menambahkan H3PO4 85%
untuk menghilangkan sisa oksigen yang tersisa.langkah selanjutnya adalah
mengencerkan aquadest. Setelah itu ditetesi indikator DPA sebanyak 2 tetes
untuk menambah suasana asam kemudian menitrasi dengan FeSO4 1N
hingga warna hijau cerah dimana warna hijau cerah disini disebabkan karena
adanya titrasi.
Berat tanah
yang digunakan yaitu 500 mg. Kadar C yang dihasilkan yaitu 5,4%. Bahan organik yang
didapat yaitu 9,31%. Jadi tanah di lo asi tanaman memiliki kandungan BO sangat tinggi karena didapat 9,31%. Kesehatan tanah juga penting untuk
menjamin produktivitas pertanian agar tanaman dapat tumbuh dengan subur.
Bahan organik tanah awal adalah 1,87% yang termasuk rendah dan setelah
dilakukan perlakuan pemupukan maka bahan organik meningkat. Peningkatan juga
terjadi pada perlakuan lain. Yaitu pada kelompok 1A, 3A, 4A dan 7A yaitu
sebesar 9.39; 10; 16.12; 8.64; 1.112. Untuk kelompok 5A dan 8A mengalami
penurunan yaitu data yang diperoleh adalah 0.905 dan 0.84
d. N Total Tanah
Nitrogen terdapat di dalam tanah dalam
bentuk organik dan anorganik. Bentuk-bentuk organik meliputi NH4, NO3, NO2, N2O
dan unsur N. Tanaman menyerap unsur ini terutama dalam bentuk NO3, namun bentuk
lain yang juga dapat menyerap adalah NH4, dan urea (CO(N2))2 dalam bentuk NO3.
Selanjutnya, dalam siklusnya, nitrogen organik di dalam tanah mengalami
mineralisasi sedangkan bahan mineral mengalami imobilisasi.Sebagian N
terangkut, sebagian kembali scbagai residu tanaman, hilang ke atmosfer dan
kembali lagi, hilang melalui pencucian dan bertambah lagi melalui pemupukan.Ada
yang hilang atau bertambah karena pengendapan.
N total tanah dilakukan dengan
mendestruksi larutan terlebih dahulu kemudian di destilasi dan yang terakhir
adalah dititrasi.Larutan H2SO4 pekat digunakan untuk mendestruksi untuk
mengetahui N total tanah hal tersebut dilakukan dengan menambahkan serbuk K2SO4
dan CuSO4 1 sendok kecil. Akhir mendestruksi larutan tersebut yaitu dengan
menunggu hingga asap hilang dan larutan menjadi putih kehijauan atau tidak
berwarna.
Pengamatan ini diperoleh hasil analisa
bahwa kadar Nitrogen di dalam tanah alfisol sebesar 0,221 % yang artinya N
total dalam tanah rendah tetapi masih lebih tinggi daripada analisis tanah awal
yaitu hanya 0,115%, hal ini karena tanah mendapatkan N dari pemupukan sehingga
kandungannya bertambah meskipun tidak terlalu signifikan karena mungkin N
terjerap, tercuci ataupun bebas ke udara. Berdasarkan analisis kelompok lain
terdapat hasil yang relative sama yaitu pada kelompok 3, 6 dan 7 sebesar
0,24;0,221;0,218 juga untuk kelompok 4 dan 5 sebesar 0,33 dan 0,35. Perbedaan dimana
kelompok 8 mempunyai nilai N total lebih tinggi dengan kelompok lainnya sebesar
6,64%. Hal ini dapat terjadi karena masing-masing berbeda dalam perlakuan
pupuk, jadi sumber N juga berbeda dalam jumlah kualitas dan kuantitasnya. Menurut
Darmawijaya (2000) pada tiap horizon tanah terjadi perubahan N total disebabkan
oleh kehilagan N total oleh alih rupa, juga dipengaruhi tingkat perombakan
bahan organik. Sedangkan ke horizon bawah menunujukkan kenaikan N total ini
diduga karena perombakan bahan organik yang belum intensif.
e. P Tersedia Tanah
Fosfor (P) merupakan termasuk unsur hara
makro, yakni unsur yang diperlukan dalam jumlah yang besar oleh tanaman. P
tersedia dalam tanah menurut Rosmarkan dan Yuwono (2002) berada dalam bentuk
- dan
. P tanah
dapat dibedakan menjadi tak tersedia , potensial tersedia dan segera tesedia. P
segera tersedia adalah bentuk P organik dan beberapa bentuk P anorganik yang
relatif tidak tersedia seperti bentuk P terendapkan (Al-P, Ca-P, dan Mn-P) dan
bentuk ini sering cenderung terakumulasi dalam keadaan stabil dan dalam keadaan
tertentu dapat menjadi tersedia seperti penggenangan pada tanah sawah.
Pada pengamatan ini kadar P dalam tanah
alfisol sebesar 0,058 ppm yang artinya P yang tersedia dalam tanah rendah,
tetapi jika dibandingkan dengan kandungan P tersedia pada analisis tanah awal
lebih tinggi yaitu 2,088 ppm. Hal itu ada beberapa kemungkinan berkurangnya
unsur P dalam tanah yaitu karena pencucian ataupun terikat oleh unsur lain. Hal
ini mungkin dikarenakan pengaplikasian pupuk
yangsalah sehingga kandungan hara tercuci oleh air hujan. Nilai P di
dalam tanah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain
suhu, kelembaban tanah, kandungan bahan organik, mikrobia pengikat unsur
tersebut dari udara, pupuk kandang maupun pupuk buatan, hasil fiksasi dan limbah
industri. Namun, keberadaan unsur tersebut juga dipengaruhi oleh banyak hal
yang membuat unsur tersebut sedikit atau bahkan menjadi tidak tersedia untuk
tanaman, misalnya karna pencucian atau pelindian dan terikat oleh unsur lain
yang menyebabkan tanah masam tau tidak dapat diserap oleh akar tanaman.
f. K Tersedia Tanah
Kalium (K) dalam tanah bersumber dari
mineral primer tanah (feldspar, mika, vermikulit, biotit) dan bahan organik
sisa tanaman. Unsur K dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang besar, yakni
terbesar kedua setelah hara N. Kalium (K) dalam tanah bersumber pada pupuk
buatan, pupuk kandang, sisa tanaman dan mineral K dalam tanah (Orthoclas, Mika,
Muskovit dan Biotite). K diserap tanaman lebih besar daripada P, Ca dan Mg,
tetapi lebih rendah jika dibandingkan dengan N. K di dalam tanah bersifat
mobile sehingga mudah hilang melalui proses pencucian tau terbawa arus
pergerakan air.
Untuk hasil analisis unsur K tersedia
tanah ini kelompok kami tidak mendapatkan data. Sehingga tidak bisa
menganalisis unsur K di dalam tanah tersebut. Nilai K di dalam tanah
dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain suhu,
kelembaban tanah, kandungan bahan organik, mikrobia pengikat unsur tersebut
dari udara, pupuk kandang maupun pupuk buatan, hasil fiksasi dan limbah
industri. Namun, keberadaan unsur tersebut juga dipengaruhi oleh banyak hal
yang membuat unsur tersebut sedikit atau bahkan menjadi tidak tersedia untuk
tanaman, misalnya karna pencucian atau pelindian dan terikat oleh unsur lain
yang menyebabkan tanah masam atau tidak dapat diserap oleh akar tanaman.
Tidak dapatnya data untuk menganalisis K
tersedia dalam tanah juga dialami pada perlakuan kelompok 5A. Tetapi, untuk
kelompok lain yaitu kelompok 1A, 2A, 3A, 4A, 7A dan 8A diperoleh data sebagai
berikut: 57,73; 71,59; 63,53; 123,6; 161,86; 116. Data tersebut termasuk dalam
pengharkatan sangat tinggi dan lebih tinggi dari analisis tanah awal yaitu
0,011. Hal ini dikarenakan setelah pemupukan pada tanah. Dan terjadi mungkin
K yang hilang lebih kecil karena K tidak tercuci atau terjerap maka didapatkan
K tersedia pada tanah sangat tinggi.
D. Analisis
Tanaman
1. Hasil
Pengamatan
Tabel 4.4 N, P,
K Jaringan Tanaman Jagung Manis
Kelompok
|
N Jaringan Tanaman
|
P Jaringan Tanaman
|
K Jaringan Tanaman
|
|||
1
|
2
|
1
|
2
|
1
|
2
|
|
1A
|
0,562
|
-
|
9,779
|
-
|
||
2A
|
1,68
|
1,96
|
0,2816
|
0,5112
|
14,616
|
20,336
|
3A
|
0,84
|
0,56
|
0,317
|
-
|
15,747
|
-
|
4A
|
2,8
|
2,5
|
-
|
0,9152
|
10,646
|
8,235
|
5A
|
5.04
|
1.68
|
0.403
|
-
|
14.407
|
-
|
6A
|
9.52
|
2.8
|
0,5624
|
0,5541
|
14,7
|
14,88
|
7A
|
2.24
|
1.96
|
0,2155
|
0,5128
|
9,389
|
10,652
|
8A
|
5.208
|
3.528
|
0,8904
|
0,9483
|
10,942
|
12,376
|
Sumber : Data Rekapan
2.
Analisis Hasil Pengamatan
a. N Jaringan
Tanaman
1) Sampel 2 :
= 9,52% (SangatRendah)
2)
Sampel 3 :
= 2,8% (Sangat Rendah)
Rata-rata N
jaringan tanaman = 6,16%
b. P Jaringan
Tanaman
Tabel 4.4.1 PPM
Larutan Standard P Jaringan
0 PPM
|
0
|
1 PPM
|
0,129
|
2 PPM
|
0,252
|
3 PPM
|
0,383
|
4 PPM
|
0,5
|
5 PPM
|
0,621
|
6 PPM
|
0,73
|
7 PPM
|
0,816
|
Sumber : Data Rekapan
|
Gambar 4.3 Grafik Regresi Larutan Standard P
Jaringan Tanaman
1) Sampel 2
X =
0,358
Pengenceran = 10
Y = 0,1183x+
0,0147
= 0,1183(0,358) + 0,0147
= 0,042+ 0,0147
= 0,058
Ppm P = y
x pengenceran
= 0,058 x 10
= 0,58 ppm
2) Sampel 3
X = 0,351
Pengenceran = 10
Y =
0,1183x+ 0,0147
=
0,1183(0,351) + 0,0147
= 0,041+ 0,0147
= 0,056
Ppm p = y x pengenceran
= 0,056 x 10
= 0,56 ppm
Rata-rata P
jaringan tanaman = 0,57 ppm
c. K Jaringan
Tanaman
1) Sampel 3
Hasil
pembacaan : 1,47
Pengenceran : 10
K
Jaringan Tanaman =
hasil pembacaan x pengenceran
= 1,47 x 10
= 14,7 ppm
2) Sampel 4
Hasil
pembacaan : 1,488
Pengenceran : 10
K
Jaringan Tanaman =
hasil pembacaan x pengenceran
= 1,488 x 10
= 14,88 ppm
Rata-rata K
jaringan tanaman = 14,79 ppm
3. Pembahasan
a. N Jaringan
Tanaman
Jaringan
merupakan kumpulan dari sel-sel yang mengandung protoplasma, dimana sel-sel
tersebut memerlukan unsure hara terutama hara esensial untuk tumbuh dan
berkembang. Bersama unsur fosfor (P) dan kalium (K), nitogen (N) merupakan
unsure hara yang mutlak dibutuhkan oleh tanaman.Absorpsi N oleh tanaman jagung
berlangsung selama pertumbuhan. Pada awal pertumbuhan, akumulasi N dalam
tanaman relatif lambat dan setelah tanaman berumur 4 minggu akumulasi N sangat
cepat. Pada saat pembungaan (bunga jantan muuncul) tanaman jagung telah
mengabsorpsi N sebanyak 50% dari seluruh kebutuhannya (Nofizan 2002).
Untuk memperoleh
hasil jagung yang baik, unsur hara N dalam tanah harus cukup tersedia pada fase
pertumbuhan tersebut.N berfungsi
untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian vegetatif tanaman, seperti daun,
batang dan akar. Selain itu, N juga berperan penting dalam hal pembentukan
hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis atau untuk membentuk
protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik serta meningkatkan mutu
tanaman penghasil daun-daunan. Menurut
Darmawijaya (2000) defisiensi unsure hara esensial khususnya N dapat
menyebabkan khlorosis pada daun tua, karena unsure hara ini bersifa
mobile.Gejala defisiensi unsure hara N adalah daun tua berwarna kekuningan,
selain itu pertumbuhan tanaman yang kekurangan unsure N juga terhambat.
Sebaliknya jika kelebihan unsure hara N menurut Hakim (2002) tanaman akan mudah
roboh karena tanaman bersifat sukulen atau berair, jadi tanaman menjadi lunak.
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan di laboratorium hasil perhitungan dari N jaringan tanaman
rata-rata dari kedua sampel pada Kelompok 6A yaitu 6,16%. Dengan hasil tersebut
kelompok kami mempunyai rata-rata N jaringan tanaman tertinggi dibandingkan
kelompok 1A, 2A, 3A, 4A, 5A, 7A dan 8A. data yang dihasilkan untuk tujuh
kelompok tersebut sebagai berikut: 1,82; 0,7; 2,65; 3,36; 2,1; 3,27. Untuk
kelompok 1A tidak mendapatkan data sehingga tidak bisa menganalisis N jaringan
tanaman. Rata-rata N jaringan tanaman terendah yaitu pada kelompok 3A sebesar
0,3 %. Berdasarkan data diatas dapat dikatakan bahwa kandungan N jaringan lebih
banyak jika tanaman dipupuk. Meskipun unsur N pada tanaman sangat rendah tetapi
tanaman tumbuh maksimal dapat dilihat dari penambahan tinggi yang terus
bertambah setiap minggunya. Namun kemungkinan untuk laju fotosintesis menurun
karna unsur N berfungsi dalam pembentukan protein yang akan mengakibatkan
klorofil pada tanaman rendah maka laju fotosintesis menurun/rendah.
b.
P
Jaringan Tanaman
Setiap tanaman
sedikitnya membutuhkan 16 unsur hara agar pertumbuhannya normal. Hara
tersebut dapat berasal dari tanah maupun udara.Phosphor mempunyai kegunaan yang
penting bagi pertumbuhan tanaman karrena berfungsi untuk merangsang pertumbuhan
akar terutama pada awal-awal pertumbuhan, mempercepat pembungaan, pemasakan
biji dan buah.Fosfor merupakan unsur hara yang mobil pergerakannya di dalam
jaringan tanaman.
Konsentrasi P dalam tanaman umumnya antara 0,1% sampai
0,4%. Dari hasil pengamatan didapatkan
kandungan P dalam jaringan sebesar 0,58 ppm untuk tanaman sampel 2 dan 0,56 ppm
untuk sampel 3. Dengan rata-rata P jaringan tanaman sebesar 0,57 ppm. Rata-rata
P jaringan tanaman tertinggi didapatkan pada kelompok 8A dan 4A sebesar 0,91
ppm. Hal tersebut karena perlakuan kelompok 8A menggunakan pupuk ZA terbanyak
ketika pemupukan 45 HST. Dan terendah rata-ratanya adalah pada kelompok 3A
sebesar 0,31 ppm. Unsur P terdapat di seluruh sel hidup tanaman yang menyusun
jaringan tanaman seperti asam nukleat, fosfolipida dan fitin. Jaringan tanaman
P berperan dalam hampir semua proses reaksi biokimia.
Peran P yang istimewa adalah proses penangkapan energi
cahaya matahari dan kemudian mengubahnya menjadi energi biokimia. P merupakan komponen
penyusun membran sel tanaman, penyusun enzim-enzim, penyusun co-enzim,
nukleotida (bahan penyusun asam nukleat), P juga ambil bagian dalam sintesis
protein, terutama yang terdapat pada jaringan hijau, sintesis karbohidrat,
memacu pembentukan bunga dan biji serta menentukan kemampuan berkecambah biji
yang dijadikan benih.
c.
K
Jaringan Tanaman
Tanaman menyerap kalium dalam bentuk ion K+.Kalium di
dalam tanah ada dalam berbagai bentuk, yang potensi penyerapannya untuk setiap
tanaman berbeda-beda. Ion-ion K+ di dalam air tanah dan ion-ion K+ yang di
adsorpsi, dapat langsung diserap. Di samping itu tanah mengandung juga
persediaan mineral tertentu dalm bentuk berbagai macam silikat, dimana kalium
membebaskan diri sebagai akibat dari pengaruh iklim.
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh K jaringan
tanaman sebesar 14,7 ppm untuk sampel 2 dan sampel 3 sebesar 14,88 ppm pada
perlakuan kelompok 6A diperoleh rata-ratanya sebesar 14,79 ppm. Rat- rata
tertinggi yaitu kelompok 3A sebesar 15,74 ppm dan rata-rata terendah yaitu
kelompok 4A sebesar 9,44 ppm. Kita mengerti bahwa unsur K sangat banyak
digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sangat wajar jika
kandungan K dalam jaringan cukup tinggi, sehingga mengakibatkan tanaman menjadi
subur.
Hal ini di pengaruhi faktor-faktor tersebut antara
lain suhu, kelembaban tanah, kandungan bahan organik, mikrobia pengikat unsur
tersebut dari udara, pupuk kandang maupun pupuk buatan, hasil fiksasi dan
limbah industri. Namun, keberadaan unsur tersebut juga dipengaruhi oleh banyak
hal yang membuat unsur tersebut sedikit atau bahkan menjadi tidak tersedia
untuk tanaman, misalnya karna pencucian atau pelindian dan terikat oleh unsur
lain yang menyebabkan tanah masam tau tidak dapat diserap oleh akar tanaman.
V.
KESIMPULAN
DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan
analisis yang dilakukan terhadap beberapa sifat kimia tanah serta dengan
melihat pengaruh dari tindakan pemupukan atau pengolahan terhadap pertumbuhan
atau hasil tanaman maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. Tanaman jagung di berikan beberapa pupuk yang berbeda-beda pada beberapa
petakan. Dosis pemupukan bersama tanaman adalah 0,008 kg/petakan pupuk ZA,
0,056 kg/petakan pupuk SP 36 dan 0,014 kg/petakan pupuk KCL. Pemupukan 15 HST
diantaranya 0,008 kg/petakan pupuk ZA dan 0,028 kg/petakan pupuk SP 36.
Pemupukan terakhir pada 45 HST adalah 0,016 kg/petakan pupuk ZA. Tinggi tanaman
jagung mengalami kenaikan untuk setiap minggunya.
b. Kadar lengas tanah diketahui bahwa ketersediaan air dalam tanah
sedikit yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman,hal ini ditunjukkan dengan kadar
lengas sebesar 16%.
c. Nilai KPK tinggi adalah pada tanah jenis mineral 2:1,
sedangkan tanah alfisol yang dianalisis mempunyai KPK sebesar 21,6%.sehingga
daya jerap (ikat) kation sedang.
d. Faktor yang mempengaruhi KTK antara
lain tipe klei,kandungan bahan organik,dan pH tanah. Bahan
organik sangat tinggi pada tanah ini yaitu sebesar 9,31%.
e. Pengamatan ini diperoleh hasil analisa
bahwa kadar Nitrogen
di dalam tanah alfisol sebesar 0,221 % yang berarti kadar N tanah sedang.
f. Pada pengamatan ini kadar P dalam tanah alfisol
sebesar 0,058 ppm.
g. Pada pengamatan ini tidak diperoleh
hasil kandungan K dalam tanah alfisol.
h. Hasil analisis Nitrogen jaringan
tanaman untuk sampel 2 sebesar9,58 % dan untuk
sampel 3 sebesar 2,8%.N
berpengaruh pada pembentukan klorofil dan protein
i.
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan nilai P pada
jaringan tanaman untuk sampel 2 sebesar0,58 ppmdan untuk sampel 3 sebesar 0,56 ppm
dengan pengenceran 10. Hal ini menunjukkan kandungan P dalam jaringan tanaman
cukup tinggi.
j.
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh K jaringan
tanaman untuk sampel 2 sebesar 14,7ppm dan untuk sampel 3 sebesar 14,88.
2.
Saran
Berdasarkan pada rangkaian acara praktikum kesuburan tanah, kami selaku
peserta mempunyai beberapa saran yang patut diajukan, diantaranya:
a.
Perlunya
pendampingan praktikan secara intensif baik didalam praktikum lapang ,
laboratorium dan penyusunan laporan sehingga para praktikan benar-benar
mengetahui inti dari kegiatan praktikum sehingga para praktikan mendapatkan
suatu pengetahuan baru.
b.
Secara
keseluruhan praktikum kesuburan tanah tahun 2014 ini sudah baik, tetapi masih
perlu peningkatan menejemen waktu dan penjadwalannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahira, Anne 2010. Tanah Alfisol. http://www.anneahira.com/tanah-alfisol.html.
Diakses pada 12 April 2014.
Brady,
N.C 1990.The Nature and Properties of Soil.Mac Millan Publishing
Co.NewYork.
Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian 1988. Jagung.Balai Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan.Bogor
Boyzeric 2010.
Manfaat Mengetahui Kandungan Lengas Tanah Dalam Bidang Pertanian Adalah Lengas Berperan
Sangat Penting Dalam Proses Genesa Tanah. http: //www.scribd.com/ doc/ 80528518/
Manfaat-Mengetahui-Kandungan-Lengas-Tanah-Dalam-Bidang-Pertanian-Adalah-Lengas-Berperan-Sangat-Penting-Dalam-Proses-Genesa-Tanah
Diakses tanggal 1 Mei 2014.
Foth, H.D
1994.Dasar-Dasar Ilmu Tanah.(diterjemahkan oleh Adisoemarto,S).
Penerbit.Airlangga. Jakarta.
Gardner,
F. P. ; R. B. Pearce dan R. L. Mitchell 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Universitas
Lampung. Lampung
Handayani 2002. Kajian Struktur Tanah Lapis Olah :
I. Agihan Ukuran dan Dispersitas Agregat. Jurnal Ilmu Tanah dan
Lingkungan Vol 3 (1).
Hasibuan,
B.E 2006.Pupuk dan Pemupukan.FakultasPertanianUniversitas Sumatera
Utara, Medan.
Hermanto 2011.
Prediksi Kadar BahanOrganik Tanah DenganPengelolaan Citra Dan Jaringan Syaraf
Tiruan Menggunakan Telepon Genggam Jurnal InformatikaPertanianVol 2 (1) Hal
1-3.
Ispandi 2004. Efektivitas Pupuk Pk Dan Frekuensi Pemberian
Pupuk K Dalam Meningkatkan Serapan Hara Dan Produksi Kacangtanah
Di Lahan Kering
Alfisol Jurnal Ilmu Pertanian Vol 11 No. 2 Hal 11-14.
Iwan 2004.PenggunanPupuk Kimia. http :// repository.usu.ac.id/b
itstream/ 123456789/ 18404/4/ Chapter%20II.pdf Diakses
tanggal 31 Maret 2014.
Kemas
2005.Dasar–Dasar Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Khama,
Ariedha 2012.Analisis Jaringan tanaman .http://contekancontekan .weebly.com/2012/02/analisis-jaringan
tanaman. html. Diakses pada 29 April 2014.
Koswara.
2009. Teknologi Pengolahan Jagung (Teori
dan Praktek). eBook Pangan.com
Krisnamurthi bayu 2010.Manfaat Jagung dan Peran Produk Bioteknologi
Serealia dalam Menghadapi Krisis Pangan, Pakan dan Energi di Indonesia Jurnal
Prosiding Pekan Serealia NasionalVol 5 No.2 Hal 5-6.
Masdar 2003. Pengaruh Lama dan Beratnya Defisiensi
Terhadap Pertumbuhan Ta-naman Durian. Jurnal Akta Agrosia 6 (2) 60-66.
Nuning Argo Subekti, Syafruddin, Roy
Efendi, dan Sri Sunarti 2012.Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. Balai
Penelitian Tanaman Serealia. Maros.
Noorjannah
2012.Pengaruh Macam Dan Dosis Pupuk Npk Majemuk Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa
Sawit (Elaeisguineensis Jack) Jurnal Media Sains Vol 4 No 1 Hal 49-55.
Novizan 2002.Petunjuk
Pemupukan Yang Efektif.Agro Media Pustaka, Jakarta
Olson, R.A., and L.T. Kurtz 1982.
Crop nitrogen requirement, utilization,
and fertilization. p.576-604. In: F.J. Stevenson (ed.). Nitrogen in Agriculturalsoils.
ASA, CSSA, SSSA, Madison, WI.
Penelitian USU 2005.
Penggunaan Pupuk Kimia. http: // repository
.usu .ac. id/ bitstream /123456789 /29883 /5 /Chapter%20I.pdf
Diakses tanggal 27 April 2014.
Rahardjo Mono 2010.
Pengaruh Pupuk Urea, Sp36, Dan Kcl
Terhadap Pertumbuhan DanProduksi Temulawak (Curcuma Xanthorhiza Roxb)
Jurnal Littri Vol 16 No. 3 Hal 98-105.
Rukmana Rahmat 1998.
Usaha Tani Jagung. Yogyakarta:Kanisius.
Ruhnayatagus
2011.Respon Tanaman Lada Perdu Terhadap Pemupukan
Npk Pada Jenis Tanah Inceptisols Dan Ultisols Jurnal Ilmu Pertanian Vol 22
No.1 Hal 23-32.
Saribun
2008.Pengaruh Pupuk Majemuk Npk Pada Berbagai Dosis Terhadap Ph. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content
/uploads/ 2011/10/ pustaka_unpad_pengaruh_pupuk_ majemuk _npk_pada_
berbagai_dosis_terhadap_ph.pdf Diakses tanggal 2 Mei 2014.
Sipahutar
2002.Karakteristik Kimia Tanah Pada Pengelolaan
Lahan Dan Pemupukan Yang Berbeda Di Daerah Pertanaman Sayuran Jurnal Penelitian
TanahVol 12 (2) Hal 137-151.
Sudiarto 2004.
Pemanfaatan Bahan Organic Insitu Untuk Efisiensi Budi Daya Jahe Yang
Berkelanjutan Jurnal Litbang PertanianVol 23 (2) Hal 37-38.
Suryani
2004.Petunjuk Penggunaan Pupuk. http://www.damandiri.or.id /file/anisuryaniipbbab2.pdf Diakses tanggal 1Mei 2014.
Sutantorachman
2005.Dasar-Dasar Ilmu Tanah.kanisius.Yogyakarta.
Tan KH 2000. Kimia Tanah. UGM Press. Yogyakarta.
Handayani, S.
2009. Panduan Praktikum dan Bahan Asistensi Dasar-dasar Ilmu Tanah.
Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.
Darmawijaya, M Isa.2000. Klasifikasi Tanah, Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan
Pelaksanaan Pertanian di Indonesia. Penerbit Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Hakim,.Supono,.dan Rusli.
H.D.2002. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Universitas
Lampung Press. Lampung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar