Jumat, 13 Juni 2014

LAPORAN DASAR-DASAR PENYULUHAN PERTANIAN 2014 FP UNS



LAPORAN DASAR-DASAR PENYULUHAN PERTANIAN 2014
I.    PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Penyuluhan pada dasarnya adalah pendidikan dimana target/sasarannya yaitu para petani/peternak harus mengalami perubahan perilaku, dari mulai aspek yang bersifat kognitif, afektif dan akhirnya psikomotorik. Tentang hal ini, diakui bahwa, penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku melalui pendidikan akan memakan waktu lebih lama, tetapi perubahan perilaku yang terjadi akan berlangsung lebih kekal. Sebaliknya, meskipun perubahan perilaku melalui pemaksaan dapat lebih cepat dan mudah dilakukan, tetapi perubahan perilaku tersebut akan segera hilang, manakala faktor pemaksanya sudah dihentikan. Oleh karena itu penyuluhan merupakan investasi untuk masa depan. Hasil dari penyuluhan tidak dapat diketahui dalam waktu yang singkat terlebih lagi jika tujuan utama suatu program penyuluhan adalah terjadinya adopsi suatu iknovasi yang ditawarkan atau terjadinya perubahan perilaku sasaran, tentu akan membutuhkan waktu yang relatif lama.
Bekas negara-negara komunis barang kali menghadapi persolan yang paling sulit karena transformasi pekerja yang semula pertanian negara dan pertanian kooperatif beralih menjadi pertanian individu seperti layaknya pengusaha swasta, pembangunan infrastruktur untuk penyediaan input, pemasaran, dan penyuluha. Hal itu diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup pertanian individual. Dimana-mana terlihat adanya kecenderungan kearah persaingan yang semakin ketat dipasar dunia dan hanya petani-petani yang efisien saja yang mampu bertahan. Sebelum persoalan-persoalan diatas dapat dipecahkan, dibutuhkan perubahan-perubahan mendasar dalam pertanian dunia. Sebagian besar perubahan ini memerlukan petani-petani yang kompeten yang dapat meningkatkan produktifitas mereka. Selain itu, para petani dapat mempertahankan kelestarian sistem pertanian mereka dengan memanfaatkan secara efektif pengetahuan dan informasi yang tersedia dari beberapa sumber yang berbeda, seperti lembaga-lembaga penelitian, petani-petani yang berhasil, dan pasar.

Lebih dari 500.000 agen penyuluhan pertanian di dunia harus memainkan peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kompetensi petani. Mereka juga diharapkan memainkan peranan baru, seperti memperkenalkan pertanian yang berkelanjutan yang menuntut keterampilan-keterampilan baru. Pada saat yang sama kondisi kerja mereka juga mengalami perubahan drastis, misalnya melalui swastanisasi pelayanan-pelayanan pemerintah, termasuk penyuluhan, dan berkembangnya peranan perusahaan-perusahaan komersial serta organisasi-organisasi non pemerintah dalam penyuluhan pertanian. Dibutuhkan agen-agen penyuluhan yang sangat berkompeten untuk membuat keputusan-keputusan untuk masa mendatang mengenai peranan pelayanan penyuluhan dan pelaksanaannya.
B.       Tujuan Praktikum
Praktikum Dasar - Dasar Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar ini bertujuan untuk :
1.             Mahasiswa mengetahui secara langsung praktik kegiatan penyuluhan pertanian yang dilakukan oleh Penyuluh Pertanian Lapang (PPL).
2.             Mahasiswa mampu menyusun materi penyuluhan secara tepat berdasrkan kebutuhan sasaran, lengkap dengan alat bantu dan alat peraganya.
C.    Manfaat Praktikum
Melalui praktikum Dasar - dasar Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1.      Bagi Mahasiswa:
a.       Mahasiswa dapat melakukan wawancara, menelaah dokumen dan mengumpulkan informasi tentang proses dan substansi Perencanaan Program/ Programa Penyuluhan Pertanian.
b.      Mahasiswa dapat melakukan penngamatan terhadap praktek Penyuluhan Pertanian yang dilakukan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan yang menyangkut system kerja metoda dan perlengkapan penyuluhan yang disiapkan atau digunakan.
c.       Mahasiswa dapat meningkatkan kualitas usaha pertanian pada tempat pelaksanaan praktikum sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup petani sesuai dengan tujuan dari penyuluhan pertanian.
d.      Mahasiswa dapat membantu tugas pemerintah daerah dalam melakukan peningkatan kualitas hidup masyarakat terkait fungsi pengabdian masyarakat.
2.      Bagi Petani :
a.       Petani mendapat informasi baru tentang pertanian sehingga dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya saat ini.
b.      Petani dapat meningkatkan penghasilannya sehingga kualits hidup petani pun dapat ikut naik.
c.       Petani dapat saling sharing dengan petani lain dan juga penyuluh.
d.      Menjalin kerjasama dan kerukunan antar petani.
3.      Bagi Pemerintah:
a.       Tugas pemerintah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan petani, dapat terbantu dengan kegiatan penyuluhan ini.
b.      Pemerintah dapat mengetahui permasalahan apa yang dihadapi oleh masyarakat terkhusus petani desa tersebut.
c.       Pendapatan pemerintah dapat bertambah karena kualitas hidup masyarakat meningkat.

                                                             II. LANDASAN TEORI

   A. Pengertian Penyuluhan





       Penyuluhan pertanian bagian dari sistem pembangunan pertanian yang merupakan sistem pendidikan di luar sekolah (pendidikan non formal) bagi petani beserta keluarganya dan anggota masyarakat lainnya yang terlibat dalam pembangunan pertanian. Oleh karena itu penyuluhan pertanian adalah suatu upaya untuk terciptanya iklim yang kondusif guna membantu petani beserta keluarga agar dapat berkembang menjadi dinamis. Selain itu, agar mampu untuk memperbaiki kehidupan dan penhidupannya dengan kekuatan sendiri dan pada akhirnya mampu menolong dirinya sendiri (Soeharto, 2005).
Penyuluhan pertanian adalah upaya pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal dibidang pertanian. Dalam upaya agar mampu menolong dirinya sendiri baik dibidang ekonomi, sosial maupun politik, sehingga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai. Sehingga diupayakan melalui penyuluhan ini dapat menaikkan kualitas sumber daya manusia serta mengurangi angka kemiskinan di Indonesia (Salim, 2005).
Penyuluhan pertanian merupakan upaya pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal dibidang pertanian. Diharapkan agar mampu menolong dirinya sendiri baik dibidang ekonomi, sosial maupun politik maupun budaya. Sehingga  mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarganya (Suradisastra, 2006).
        Menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan: ” penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup”. Berdasarkan pengertian tersebut penyuluhan memegang peran strategis terhadap peningkatan kesejahteraan dan partisipasi pelaku utama dalam pembangunan daerah dan nasional. Hal itu diharpkan untuk kesejahterahan (BPKP, 2006).


Penyuluhan pertanian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembangunan/ pengembangan masyarakat dalam arti luas. Dalam praktek, pendidikan selalu dikonotasikan sebagai kegiatan pengajaran yang  bersifat “menggurui” yang membedakan status antara guru/pendidik yang  selalu “lebih pintar” dengan murid/ peserta didik yang harus menerima apa  saja yang diajarkan oleh guru/pendidiknya. Pemangku kepentingan (stakeholders) agribisnis tidak terbatas hanya sebatas antara petani dan keluarganya (Arif, 2009).
Penyuluh pertanian adalah orang yang memberikan dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berfikirnya dan cara hidupnya yang lama dengan cara yang baru melalui proses penyebaran informasi seperti pelatihan, kursus, kunjungan yang berkaitan dengan perubahan dan perbaikan cara-cara berusahatani, usaha peningkatan prodiktivitas pendapatan petani serta perbaikan kesejahteraan keluarga petani atau masyarakat. Didalam kenyataanya, kualifikasi penyuluh tidak cukup hanya dengan memenuhi persyaratan keterampilan, sikap dan pengetahuan saja, tetapi keadaan atau latar belakang sosial budaya (bahasa, agama, kebiasaan-kebiasaan) seringkali justru lebih banyak menentukan keberhasilan penyuluh yang dilaksanakan. Karena itu penyuluh yang baik sejauh mungkin harus memiliki latar belakang sosial budaya yang sesuai dengan keadaan sosial budaya masyarakat sasarannya (Saptana et al., 2007).
B.       Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian
Dalam metode pendekatan kelompok, penyuluh berhubungan dengan sasaran penyuluhan secara kelompok. Metode pendekatan kelompok atau group approach, cukup efektif, dikarenakan petani atau peternak dibimbing dan diarahkan secara kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerja sama. Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, di samping dari transfer teknologi informasi juga terjadinya tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Metode kelompok pada umumnya berdaya guna dan berhasil guna tinggi. Metode ini lebih menguntungkan karena memungkinkan adanya umpan balik, dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma para anggotanya (Setiana, 2005).
Untuk  memilih  metoda  berkomunikasi  yang  efektif.  Adanya tiga cara  pendekatan  yang dapat  juga diterapkan dalam pemilihan metoda  penyuluhan,  yaitu yang didasarkan pada media yang  digunakaan. Selain itu menggunkan  sifat  hubungan antara penyuluh dan penerima manfaatnya dan pendekatan psiko-sosial  yang dikaitkan dengan tahapan adopsinya ( Mardikanto, 2009).
Dalam praktek, sering penggunaan metode penyuluhan dilakukan dengan mengkombinasikan satu sama lain. Hal ini dilakukan untuk memproleh hasil yan optaimal. Pemilihan penggunaan metode penyuluhan perlu memperhatikan dua hal yaitu; yang pertama isi pesan (umum/ kusus) dan yang kedua target sasaran individu ( target individu,target kelompok,  dan target umum) ( Musyafak et al., 2005).
Hal-hal yang berkaitan dengan penyusunan PRA antara lain penyuluhan pertanian, metode, dan teknik penyuluhan seperti demplot, wawancara, anjangsana, pendekatan kelompok dan pendekatan individu. Penyuluh partisipatif merupakan pendekatan penyuluhan dari bawah ke atas (bottom up) untuk memberikan kekuasaan kepada petani agar dapat mandiri. Dengan  kekuasaan dalam peran, keahlian, dan sumberdaya untuk mengkaji desanya sehingga tergali potensi yang terkandung, yang dapat diaktualkan, termasuk permasalahan yang ditemuka (Sekarni, 2013).
Seorang komunikator harus dapat menguasai teknika dan metode yang akan digunakan agar dapat mencapai sasaran yang dimakasud. Dengan demikain, bahwa usaha memberikan penyuluhan memerlukan beberapa teknik komunikasi yang efektif, seperti yang dikemukakan oleh para ahli. Adapun teknik-teknik yang digunakan dalam penyulhan yang selanjutnya dapat disebut sebagai teknik penyuluhan adalah sebagai  berikut: Teknik Komonukasi Informatif, Teknik Komunikasi Persuasi dan Teknik Komunikasi Coersive (Burhannudin, 2012).
Metode Penyuluhan Pertanian adalah cara penyampaian materi (isi pesan) penyuluhan pertanian oleh penyuluh pertanian kepada petani beserta anggota keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung agar mereka tahu, mau dan mampu menggunakan inovasi baru. Umumnya pesan terdiri dari sejumlah simbol dan isi pesan inilah yang memperoleh perlakuan. Bentuk perlakuan tersebut memilih, menata, menyederhanakan, menyajikan dll. Dilain pihak simbol dapat diartikan kode-kode yang digunakan pada pesan. Simbol yang mudah diamati dan paling banyak digunakan yaitu bahasa. Keputusan-keputusan yang dibuat oleh penyuluh pertanian atau sumber untuk memilih serta menata isi pesan dan simbol yang digunakan pada pesan dapat dikatakan teknik penyuluhan pertanian (Deptan, 2008).
Metode penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai cara atau teknik penyampaian materi penyuluhan kepada pelaku utama dan pelaku usaha (kelayan) beserta keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung. Diharapkan mereka lebih mudah memahami dan dapat mempermudah penerapan suatu inovasi. Dalam penggunaan metode penyuluhan dapat dibedakan menjadi beberapa golongan berdasarkan: teknik komunikasi, jumlah sasaran dan indera penerima dari sasaran (Sumardi, 2005).
C.      Alat Bantu dan Alat Peraga
Alat bantu penyuluhan dapat membantu dalam proses penyuluhan karena dengan adanya alat bantu akan memperlancar proses penyuluhan. Dalam penyuluhan pertanian terdapat dua macam alat bantu penyuluhan yaitu alat bantu yang berhubungan dengan tempat (kursi, tikar, penerangan dan lain-lain). Selain itu alat bantu yang berhubungan dengan penyajian pelajaran seperti visual, audio, audiovisual dan lain-lain (Suradisastra, 2006).
Alat Peraga Penyuluhan adalah sebagai alat atau benda yang dapat diamati, didengar, diraba atau dirasakan oleh indra manusia. Fungsi alat tersebut sebagai alat untuk memperagakan dan atau menjelaskan uraian yang disampaikan secara lisan oleh penyuluh guna membentuk proses belajar mengajar sasaran penyuluhan. Hal itu diharapkan agar materi penyuluhan lebih mudah diterima dan dipahami oleh sasaran penyuluhan yang bersangkutan, contohnya seperti folder dan poster (Mardikanto et al., 2005).
Pertimbangan sarana dan biaya didasakan atas bagaimana ketersediaanya sarana yang akan digunakan sebagai alat bantu dan alat peraga penyuluhan pertanian.  Sebagai contoh, disuatu daerah yang tidak ada listrik, tentunya sulit melakukan penyuluhan dengan menggunakan OHP (Over Head Pprojector) atau menggunakan LCD/Komputer dan pemutaran film kecuali jika disediakan generator listrik. Biaya diperlukan untuk mendanai kegiatan, misalnya dari segi efisiensinya kursus tani lebih mahal daripada pertemuan umum, namun lebih murah daripada melakukan kunjungan rumah atau usaha tani.  Jadi ketersediaan biaya akan sangat menentukan alternatif kombinasi pemilihan metoda penyuluhan pertanian (Deptan, 2008).
Pemanfaatan media adalah frekuensi penyuluh dalam mencari dan mendapatkan informasi dari berbagai media komunikasi baik media elektronik maupun media cetak. Pengkategorian untuk pemanfaatan media terdiri atas:  tidak pernah,  kadang-kadang,  sering, dan  sering sekali. Penggunaan media penyuluhan sebagai salah satu alat untuk menyampaikan informasi oleh penyuluh kepada petani agar materi penyuluhannya lebih mudah diterima dan dimengerti oleh petani. Dalam penelitian ini kategori media penyuluhan yang digunakan adalah banyaknya macam media penyuluhan yang digunakan yang dikategorikan yaitu sedikit (0-2 macam),  Sedang (3-4 macam), banyak (>4 macam) (Mustika, 2008).
D.       Materi Penyuluhan
Teknologi budidaya padi sawah yang digunakan petani selama ini masih relatif sederhana. Masih banyak menggunakan varietas lokal dan varietas unggul tidak berlabel. Cara tanam tidak beraturan, baik dengan caplak satu arah atau caplak dua arah, sehingga populasi rendah. Penggunaan pupuk sangat tergantung dengan dana yang ada (Miswarti et al., 2004).
Cara tanam padi sistem legowo merupakan rekayasa teknologi yang ditujukan untuk memperbaiki produktivitas usaha tani padi. Teknologi ini merupakan perubahan dari teknologi jarak tanam tegel menjadi tanam jajar legowo. Legowo diambil dari bahasa Jawa Banyumas yang berasal dari kata lego dan dowo, lego artinya luas dan dowo artinya memanjang. Jadi, diantara kelompok barisan tanaman padi terdapat lorong yang luas dan memanjang sepanjang barisan, jarak antar kelompok barisan (lorong) bisa mencapai 50cm, 60 cm, 70 cm bergantung pada kesuburan tanah (Suriapermana et al., 2003).
Barisan tanaman pada jajar legowo ini dikembangkan berdasarkan pemanfaatan adanya pengaruh baris pinggir. Pada umumnya dalam pertanaman padi petani menggunakan tanam sistem tegel simetris. Pada tanam sistem tegel simetris ini tanaman padi di daerah tepi mempunyai produksi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanaman dalam baris berikutnya yang lebih dalam. Dasar pemikiran tersebut mengarah pada pemikiran untuk membuat tanaman padi seperti pada tanaman pinggir. Dengan demiikian pada sistem legowo 2 baris, semua rumpun padi tersebut memperoleh manfaat dari pengaruh tanaman pinggiran (border effect) sehingga mempunyai hasil produksi lebih tinggi atau lebih meningkat (Pahrudin et al., 2004).
Jajar legowo 2:1 {40 cm x [20 cm x (10-15 cm)]} adalah salah satu cara tanam pindah sawah yang memberi ruang (barisan yang tidak ditanami) pada setiap dua barisan tanam, tetapi jarak tanam dalam barisan lebih rapat yaitu 10-15 cm tergantung dari kesuburan tanahnya. Pada tanah kurang subur yang ditandai oleh kebiasaan petani tanam cara tegel 20 cm x 20 cm, menggunakan jarak tanam dalam barisan 10 cm. Pada tanah dengan kesuburan sedang yang ditandai oleh kebiasaan petani tanam cara tegel 22 cm x 22 cm, digunakan jarak tanam dalam barisan 12,5 cm. Sebaliknya pada tanah subur yang ditandai oleh kebiasaan petani 64 tanam cara tegel 25 cm x 25 cm, digunakan jarak tanam dalam barisan 15 cm. Tujuan cara tanam jajar legowo adalah : (1) untuk memanfaatkan radiasi surya bagi tanama pinggir, (2) tanaman relatif aman dari serangan tikus karena lahan lebih terbuka, dan (3) menekan serangan penyakit karena rendahnya kelembaban dibandingkan dengan cara tanam biasa. Disamping itu, dengan cara tanam jajar legowo populasi tanaman bertambah 30 %, pemupukan lebih efisien, dan pengendalian hama, penyakit dan gulma lebih mudah dilakukan daripada cara tanam biasa (Sekarani, 2013).
Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah pemberian kondisi pada setiap barisan tanam padi untuk mengalami pengaruh sebagai tanaman barisan pinggir. Umumnya tanaman pinggir menunjukkan hasil lebih tinggi daripada tanaman di bagian dalam barisan. Tanaman pinggir juga menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik karena kurangnya persaingan tanaman antar barisan. Adapun manfaat  tanam jajar legowo antara lain populasi tanaman padi meningkat sekitar 24% daripada tanaman tegel, meningkatkan produksi 12 – 22 %, memperbaiki kualitas gabah dengan semakin banyaknya tanaman pinggir, mengurangi tingkat serangan hama dan penyakit, memudahkan perawatan; penyiangan, pemupukan dan penyemprotan pestisida atau dengan menggunakan fungisida (Azwir, 2008).

                                                               III.            PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A.  Observasi/Pengamatan Kegiatan Penyuluh Pertanian
1.    Lembar Persiapan Penyuluhan (LPP)
Lembar Persiapan Menyuluh ( LPM ) yaitu lembar persiapan menyuluh yang memuat hal-hal pokok yang akan dilaksanakan/dilakukan dalam penyuluhan. Mencakup tentang pokok kegiatan, uraian kegiatan, alat bantu dan lain-lain. LPM ini di maksudkan agar memudahkan penyuluh dalam menyampaikan materi penyuluhannya. Adapun LPM Desa Sukosari adalah sebagai berikut :
 Tabel 3.1 Lembar Persiapan Penyuluhan di Desa Sukosari Kecmatan Jumantono Kabupaten Kranganyar
Pokok Kegiatan
Uraian Kegiatan
Keterangan
Pendahuluan

a.         Salam dan kata pembukaan
b.        Gambaran umum  materi
c.         Motifasi

Alat Bantu :
1.    Papan tulis
2.    Kertas materi penyuluhan
3.    Spidol
4.    foto
Isi/materi

a.         Pengertian dan manfaat SR
b.        Teknis pembuatan SR
c.         Teknis pemeliharaan SR


Penutupan

a.         Rangkuman materi
b.        Evaluasi
c.         Salam dan penutup


        Sumber: Data Sekunder
Tujuan  penyusunan LPM adalah:  Agar memudahkan penyuluh dalam penyampaian materi, Agar penyuluhan dapat berjalan lancar sesuai skenario waktu yang telah ditetapkan, Memudahkan dalam  melakukan evaluasi baik pre-test maupun post-test, Memudahkan penyuluh dalam mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan pada kegiatan penyuluhan, Sebagai salah satu bukti pelaksanaan kegiatan penyuluhan.
Sasaran dalam penyuluhan ini yaitu kelompok tani Ngudi Makmur  Desa Sukosari, Kecamatan jumantono, Kabupaten Karangannyar. Yang akan berlangsung selama 120 menit. Dalam LPM tersebut memuat topik tentang pembuatan sumur resapan. Dengan ini penyuluh menggunakan sifat penyuluhan informatif dan motivatif. Sifat penyuluhan informatif yaitu  proses penyampaian pesan yang sifatnnya  memberi tahu  atau memberikan penjelasan kepada orang lain. Komunikasi ini dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis, misalnya melalui papan pengumuman, pertemuan-pertemuan kelompok dan juga media massa. Karena sifatnya yang informatif, maka arus penyuluhan yang terjadi adalah searah (one way communication). Penggunaan teknik komunikasi informatif dalam kegiatan penyuluhan bertujuan ingin menyampaikan sesuatu seperti keterangan-keterangan tertentu yang dianggap penting diketahui oleh khalayak atau masyarakat luas yaitu tentang pembuatan sumur resapan.Sifat penyuluhan motivatif yaitu seorang penyuluh bersifat menyampaikan berbagai motivasi kepada para kelompok tani ngudi makmur 4 yang bertujuan agar para petani tersebut termotivasi/tertarik dalam pembuatan sumur resapan tersebut.
Tujuan khusus dalam penyuluhan ini adalalh agar petani mampu menjelaskan pengertian SR, mampu menjelaskan teknik pemnuatan SR dan mampu memelihara SR. Rincian dalam acara penyuluhan ini terdiri dari pendahuluan, materi inti dan pengakhiran/penutupan. 15 menit pertama akan dimulai dengan salam dan kata pembukaan selama 4 menit oleh penyuluh yang bertugas. Setelah itu menyampaikan gambaran umum materi tentang pembuatan SR selama 6 menit dan 5 menit terakhir untuk menyampaikan motivasi kepada seluruh petani dalam kelompok tani ngudi makmur 4.Kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi inti selama 85 menit. Dalam penyampaian tersebut yang pertama akan menyampaikan tentang pengertian dan manfaat SR selama 30 menit selanjutnya menyampaikan tentang teknis pembuatan SR dengan durasi 30 menit. Dan yang terakhir dalam point ini adalah menyampaikan teknis pemeliharaan SR. 20 menit terakhir dari 120 menit, penyuluh sudah persiapan untuk menutup penyuluhan tersebut dengan menyampaikan rangkuman materi, evaluasi dan salam penutup. Media yang digunakan  dalam penyuluhan ini antara lain : papan tulis, kertas, spidol, kapur dan foto. Dengan media tersebut sehingga petani akan lebih mudah memahami materi dari penyuluh.
2.    Waktu, lokasi, dan Tempat Praktikum
a.    Keadaan Umum Desa
1)   Luas Wilayah
     Luas wilayah di Desa Sukosari Kecamatan Jumantono Kabupaten Karangannyar  seluas 310,8450 ha.  Dalam luas wilayah ini terbagi dalam penggunaan tanahnya. Rincian dari penggunaan tanah terdapat dalam tabel 3.2 dibawah ini:

Tabel 3.2 Luas Wilayah Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karangannyar Tahun 2014
Kondisi
Keterangan
1.      Luas dan batas wilayah
a.  Luas desa/kelurahan
 Tanah sawah
 Tanah kering
 Tanah fasilitas umum
 Tanah Fasilitas Sosial
Tanah lain –lain/tandus
b. Batas wilayah
 Utara

 Selatan

 Barat


 Timur

2.      Iklim
a.  Curah hujan
b. Jumlah bulan hujan
c.  Suhu rata-rata harian
d.       Topografi
3.      Orbitasi
a.  Jarak dari ibu kota kecamatan
b. Jarak dari ibukota kabupaten

310,8450  ha
104,7500   ha
197,7780   ha
3, 4650      ha
0,8820       ha
3,9700       ha

Desa Sambirejo

Desa Tugu

Wilayah Kabupaten Sukoharjo

Desa Sambirejo dan Desa Tugu

3.280 mm
10 bulan
27,5
Sedang

 ± 7 km
± 12 km

                   Sumber: Data Sekunder
Lokasi praktikum Penyuluhan Pertanian ini diadakan di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karangannyar, tepatnya di rumah Bapak Hartoyo yang merupakan ketua dari kelompok tani Ngudi Makmur 4. Desa Sukosari memiliki rata-rata ketinggian 400 meter diatas permukaaan laut dengan luas wilayah 310,8450 Ha yang terdiri dari 3 dusun, 6 RW, 16 kelompok RT, 1 kelompok Gapoktan dan 3 kelompok tani.  Dari luas wilayah tersebut, luas 302,5280 Ha merupakan tanah sawah danah tanah kering. Yaitu dengan luas tanah sawah 104,7500 Ha dan tanah kering luasnya 197,7780. Tanah sawah yang terdiri dari tanah sawah irigasi setengah teknis 36,9495 Ha, tanah sawah irigasi sederhana 37,6000 Ha dan tanah sawah tadah hujan 31,2005 Ha. Tanah kering terdiri dari pekarangan 86,7490 Ha, tegal/talun 111,0290 Ha dan ladang gembala 0,1200 Ha. Sisa luas wilayah selain untuk tanah sawah dan tanah kering digunakan untuk keperluan fasilitas umum (lapangan olahraga, taman rekreasi dan pemakaman), keperluan fasilitas sosial (masjid, gereja dan sara pendidikan) dan sisanya lagi adalah tanah tandus seluas 3,9700 ha.
Suhu udara rata-rata di Desa Sukosari yaitu diantara 230C-300C dengan rata-rata mencapai 27,5°C . Jumlah bulan hujan desa ini selama 10 bulan dengan curah hujan 3.280 mm dan rata-rata curah hujan sebesar  94,798 mm/tahun. Topografi Desa Sukosari ini termasung sedang karena rata- rata ketinggiannya 400 mdpl.
Dapat diketahui juga bahwa Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karangannyar bagian utara berbatasan dengan Desa Gombong, untuk bagian Timur berbatasan dengan Desa Sambirejo dan Desa Tugu, selatan berbatasan dengan Desa Tugu, dan untuk batas bagian barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukoharjo. Dan batas binaan wilayah kerja penyuluh pertanian Desa Sukosari bagian utara adalah sungai Gembong, bagian selatan adalah sungai kecil utara Desa Tugu, Timur berbatasan dengan Pagar pekarangan Desa sambirejo dan bagian Barat berbatasan dengan jalan DPU  Jurusan Karangannyar-Jumapolo. Jarak desa ke Ibu Kota Kecamatan yaitu ± 7 km dan dari Ibu Kota Kabupaten ± 12 km.
2)        Mata Pencaharian
Mayoritas penduduk di desa Sukosari adalah sebagai petani, namun ada beberapa yang bekerja di luar pertanian. Bekerja diluar sektor pertanian menjadi salah satu alternatif cara untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berikut ini adalah data keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Desa Sukosari.
Tabel 3.3 Mata Pencaharian Penduduk Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karangannyar Tahun 2012
Sektor
Jumlah
1.      Buruh tani
2.      Petani
3.      Pedagang/pengusaha
4.      PNS
5.      TNI/Polri
6.      Karyawan swasta
7.      Pertukangan
8.      Pensiunan
9.      Angkutan
10.  Jasa
11.  Lainnya
598
445
98
45
1
356
79
10
7
23
35
Jumlah
1697
    Sumber: Data Sekunder
Jumlah penduduk Desa Sukosari berdasarkan mata pencaharian memiliki jumlah keseluruhan 1.697 orang. Penduduk yang bekerja sebagai petani ada 445  orang. Sedangkan penduduk yang bekerja sebagai buruh tani ada 598 orang. Berdasarkan data monografi di Desa Sukosari ini, dapat diketahui bahwa penduduk yang bermata pencaharian sebagai buruh tani berada diperingkat 1 yitu dengan jumlah penduduk sebesar 1697 orang. Penduduk dengan mata pencaharian sebagai petani menempati peringkat nomor 2 setelah buruh tani. Dengan jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani sebesar445, jumlah kelompok tani yang berada di Desa Sukosari ada 4 kelompok tani.  
3)         Keadaan Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
Penduduk di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karangnnyar terdiri dari 2.934 jiwa, yang dapat dilihat dari tabel 3.3 di bawah ini. Dari tabel  itu  dijelaskan kependudukan dari jenis kelamin. Dan penduduk dari Desa Sukosari ini semuanya termasuk dalam Warga Negara Indonesia (WNI) tidak ada dari Negara asing.
     Tabel 3.4  Keadaan Penduduk menurut Jenis Kelamin di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karangannyar Tahun 2014
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-Laki
Perempuan
1429
1505
Jumlah
2934
                          Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan tabel 3.3  menurut data jenis kelamin, maka dapat di lihat prosentase perbandingan antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan atau disebut dengan sex ratio. Untuk mengetahui besarnya sex ratio maka dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
     
                            sex ratio  = 94,95 %
Sex ratio yaitu perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan dikali 100%. Dari perhitungan di atas didapatkan bahwa angka sex ratio menunjukkan bahwa setiap 100 warga laki-laki terdapat 94 orang warga perempuan. Terlihat bahwa perbandingan penduduk perempuan di Desa Sukosari cenderung lebih besar dari jumlah laki – laki, hal ini berpengaruh pada besarnya tingkat tenaga kerja rumah tangga. Sehingga perempuan berpengaruh besar dalam perkembangan pertanian terutama dalam penyediaan tenaga kerja. Dengan demikian tenaga kerja pada saat panen dan penyiangan banyak didominasi oleh tenaga kerja perempuan.
4)      Keadaan penduduk berdasarkan umur
Penduduk di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karangnnyar terdiri dari 2.934 jiwa, yang dapat dilihat dari tabel 3.4 di bawah ini. Dari tabel  itu  dijelaskan kependudukan menurut umur penduduk. Mulai umur 0 tahun sampai usia non produktif.
Tabel 3.5 Keadaan Penduduk Menurut Umur di Desa Sukosari,   Kecamatan Jumantono, Kabupaten KarangannyarTahun 2014
Umur
Keterangan
0 – 14
493
15 – 58
1015
>58
97
∑ produktif
1015
∑ non-produktif
590
   Sumber: Data Sekunder
                 
          Pengelompokan penduduk dalam usia produktif (15 – 59) tahun dan usia non-produktif (0 – 14 tahun dan >58 tahun). Biasanya  menunjukkan perkembangan kependudukan dan dapat pula digunakan untuk menghitung besarnya Angka Beban Tanggungan (ABT) yang bisa digunakan dan dipakai sebagai indikator ekonomi suatu daerah. Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa warga non produktif lebih sedikit daripada usia produktifnya. Sehingga dengan ini tidak akan memperburuk perekonomian Desa tersebut.
Dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karangannyar terdiri dari 2.934 jiwa. Dengan penduduk laki-laki lebih sedikitdibanding penduduk perempuan yaitu 1.429 jiwa penduduk laki-laki dan 1.505 penduduk perempuan. Penduduk dengan tingkat umur 15-58 tahun merupakan jumlah terbanyak yaitu 1015  jiwa yang  termasuk  usia produktif sedangkan penduduk yang berumur >58 tahun merupakan jumlah penduduk paling sedikit, yaitu sebesar 97  jiwa yang termasuk dalam usia non produktif.
5)    Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Petani di desa Sukosari menempuh tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Perbedaan ini dikarenakan oleh faktor biaya. Berikut adalah data keadaan penduduk berdasarkan  tingkat pendidikan di desa Sukosari. Dengan ini dapat dilihat dalam tabel 3.5 sebagai berikut
Tabel 3.6 Keadaan Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Desa    Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karangannyar Tahun 2014
                      Pendidikan
Jumlah
1.      Pendidikan Umum
a.       Tamat SD
b.      Tamat SMP
c.       Tamat SMA
d.      DI-D3
e.       S1/D4
f.       S2-S3

824
449
272
33
9
1

2.      Pendidikan Khusus
a.       Pondok pesantren
b.      Pendidikan Keagaman
c.       SLB
d.      Kursus

21
28
-
54
Jumlah Penduduk
1691 orang
   Sumber : Data Sekunder
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan warga desa Sukosari,  Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar sudah cukup tinggi, terbukti pada tahun 2014 pendidikan penduduk di desa tersebut sudah sampai pendidikan Pasca Sarjana. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan mendapatkan perhatian penting dari warga desa serta dukungan orang tua terhadap anaknya untuk mengedepankan pendidikan begitu besar pula. Pendidikan di desa Sukosari dikelompokkan ke dalam 2 tipe pendidikan umum dan pendidikan khusus. Pendidikan umum meliputi SD, SMP, SMA, DI-D3, S1/D4 dan S2-S3. Dan pendidikan khusus meliputi pondok pesantren, pendidikan keagamaan, sekolah dasar luar biasa dan kursus/ketrampilan. Dengan jumlah penduduk sebanyak 1691 orang.
6)    Jumlah Hasil Pertanian
Luas lahan adalah suatu wilayah yang mewakili kesejahteraan penduduk, khususnya dalam bidang pertanian negara berkembang menggantungkan pendapatan yang cukup besar dibandingkan pendapatan negara yang lain, sehingga yang menjadi perhatian dan bahan kajian secara khusus adalah luas areal lahan yang digunakan dalam kegiatan  pertanian, berikut ini data luas lahan pertanian di Desa Sukosari yang tersaji dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3.7 Jumlah Hasil Pertanian di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karangannyar Tahun 2012
No.
Jenis Tanaman
 Luas (ha)
Produksi (ton)
1
Padi sawah
60
129
2
Jagung
26
104
3
Ketela Pohon
32
128
4
Ketela Rambat
2
6
5
Kacang Tanah
93
279
6
Kedelai
-
-

Jumlah
213
646






      Sumber : Data Sekunder
                        Lahan yang digunakan untuk menanam tanaman padi yaitu sebesar 60 Ha, lahan untuk menanam tanaman jagung di Desa Sukosari  yaitu seluas 26 Ha, untuk menanam Ketela Pohon seluas 32 Ha untuk menanam  ketela rambat seluas 2 Ha dan untuk kacang tanah seluas 93 Ha. Sehingga seluruh luas lahan yang digunakan untuk lahan pertanian sebesar 213 Ha. Dan hasil pertanian yang didapatkan sebesar 646 ton dari 6 macam hasil pertanian.
7)    Jumlah Hasil Ternak
Ternak adalah sebagai sumber pendapatan lain dari suatu penduduk desa. Biasanya hewan yang diternakkan yaitu hewan yang mempunyai nilai ekonomis sehingga dapat untuk dijual. Oleh karena itu, hewan ternak sangat bermanfaat bagi petani selain  untuk dijual , hewan ternak dapat dijadikan untuk membantu beban manusia dalam berkerja contohnya yaitu kerbau digunakan untuk membajak sawah.
Tabel 3.8 Hewan Ternak Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar Tahun 2014
Ternak
Jumlah
1.   Sapi
2.   Kerbau
3.   Ayam
4.   Entog
5.   Kambing
265
-
3.096
43
398
Jumlah
3802
                   Sumber : Data Sekunder
       Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa di Desa Sukosari Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar, hewan yang yang diternak yaitu berupa sapi, ayam, entog dan kambing. Jumlah hewan ternak tertinngi yang dimiliki penduduk desa Sukosari berupa ayam yaitu sebesar 3.096 ekor. Kemudian hewan ternak yang paling sedikit jumlahnya berupa Entog dengan jumlah sebesar 43 ekor. Selanjutnya jumlah rata-rata hewan ternak didesa Sukosari Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar yaitu sebesar 3802 ekor.  
      Keadaan wilayah Desa Sukosari ini merupakan lahan persawahan yang didominasi oleh tanaman padi. Sehingga mayoritas penduduk yang berprofesi sebagai petani menanam padi pada lahan mereka. Warga petani di Desa Sukosari ini tergabung dalam macam 3 kelompok petani dan 1 Gapoktan. YaituKelompok  Tani Makaryo yang terletak di Dusun Suko, Kelompok Tani Makmur di Dusun Bakdalem, kelompok Ngudi makmur di Dusun Doplang Bakaran dan Gapoktan Tani Makmur di Dusun Sukosari. 
     Kelompok tani Ngudi Makmur adalah salah satu kelompok tani yang digunakan oleh kelompok kami untuk diobsesvasi kegiatan penyuluhan pertanian. Sasaran observasi penyuluhan dalam Praktikum Penyuluhan Pertanian yaitu Kelompok Tani “Ngudi Makmur” yang berada di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karangannyar. Kelompok Tani “Ngudi Makmur” berada di wilayah kerja BPP (Badan Penyuluhan Pertanian) Jumantono. Kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karangannyar ini biasanya dilaksanakan minima l 1 bulan sekali (disesuaikan dengan permasalahan/materi yang perlu disampaikan).Kelompok Tani “Ngudi Makmur” ini diketuai oleh Bapak Hadi Suratno, Kelompok Tani ini termasuk dalam kelas Kelompok Tani Utama dan penyuluh yang bertanggung jawab melakukan penyuluhan di Desa Sukosari ini adalah Ibu Rukini,SP. Biasanya kegiatan penyuluhan dilaksanakan di salah satu rumah warga. Dan kegiatan penyuluhan kali ini bertempat di rumah bapak Hartoyo. Sasaran utama penyuluhan adalah petani dan keluarganya yang langsung terlibat dalam kegiatan.
b.      Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian
          Jadwal kegiatan penyuluhan pertanian di Desa Sukosari khususnya kelompok tani Ngudi Makmur ini tidak menentu. Apabila ada permasalan     (serangan hama desa) tersebut maka penyuluh langsung datang dan memberikan solusi pengendalian juga apabila terdapat materi yang perlu di sampaikan seperti saat kelompok kami mengikuti penyuluhan, materi yang disampaikan adalah tentang sistem tanam Jajar legowo. Terkadang penyuluh harus mengalihkan penyuluhan di suatu tempat yang sudah direncanakan apabila terdapat suatu desa yang lebih membutuhkan materi penyuluhan seperti ketika ada serangan hama, atau mendekati panen juga desa tersebut belum diberikan materi yang harus disampaikan. Jadi jadwal penyuluhan disesuaikan dengan kondisi desa (kelompok tani) yang bersangkutan.
3.      Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan yang disampaikan para PPL adalah tentang sistem tanam “Jajar Legowo”. Penyampaian materi dimulai dengan menyampaikan metode pembibitan, metode pengolahan tanah, penjelasan tentang sistem tanam “Jajar legowo” dan pemupukan berimbang, Materi pertama adalah metode pembibitan yang meliputi : pemilihan benih, perlakuan benih, persemaian benih). Materi pemilihan benih disampaikan bahwa penggunaan benih varietas unggul bermutu akan menghasilkan daya perkecambahan yang tinggi dan seragam, tanaman yang sehat dengan perakaran yang baik, tanaman tumbuh lebih cepat, tahan terhadap hama dan penyakit, berpotensi hasil tinggi dan mutu hasil yang lebih baik. Juga penggunaan bibit muda dapat memperbanyak, anakan tanaman dan memaksimalkan pertumbuhan tanaman. Namun pada daerah endemis keong mas dianjurkan penggunaan bibit yang lebih tua.
Penyuluh juga menganjurkan dalam perlakuan benih untuk menyeleksi benih bermutu dengan perendaman larutan garam 3% (selama 10 menit) dan benih bernas akan tenggelam juga perendaman benih dalam PGPR (merupakan zat pengatur tumbuh)  untuk merangsang pertumbuhan akar dan memperkuat tanaman. Perendaman PGPR juga dapat mencegah datangnya jamur. Perendaman PGPR selama sehari semalam kemudian direndam air dan apabila sudah berkecambah mulai di sebarkan ke lahan. Penyuluh juga menyampaikan tentang hal yang perlu di perhatikan dalam pembuatan persemaian/ pembibitan, diantaranya: membuat bedengan kurang lebih 1 meter dengan panjang bervariasi sesuai keadaan lahan. Pada areal pertanaman seluaa 1 Ha maka membutuhkan areal pembibitan seluas 400  yang cukup ditebari dengan 1 kg benih.Hal ini bertujuan agar bibit padi dapat tumbuh optimal dalam persemaian yang longgar.
Bedengan persemaian yang telah dibuat, diolah  sempurna sampai tekstur tanah gembur merata dan memberikan pupuk organic 2 kg/ bedengan. Hal tersebut untuk mempermudah dalam pencabutan bibit padi agar akar tidak rusak. Tentang pengolahan tanah, penyuluh hanya menyampaikan bahwa untuk mengolah tanah adalah sesuai dengan tipologi dan kondisi tanah di daerah tersebut. Selanjutnya mulai membahas tentang sistem tanam jajar legowo.sistem tanam ini disampaikan pada para petani karena berhubungan dengan penanaman yang tepat waktu, serentak dan jumlah populasi yang optimal dapat menghindari serangan hama dan penyakit, menekan gulma, terhindar dari kelebihan dan kekurangan air, memberikan pertumbuhan tanaman yang sehat, seragam dan hasil yang tinggi. Sistem tanam jajar legowo adalah cara tanam padi sawah yang memiliki beberapa barisan tanaman kemudian diselingi oleh 1 baris kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir ½ kali jarak tanaman pada baris tengah.
Cara tanam jajar legowo untuk padi sawah secara umum bisa dilakukan dengan berbagai tipe yaitu: legowo (2:1), (3:1), (4:1), (5:1) atau tipe lainnya. Tetapi untuk penyuluhan kali ini lebih dianjurkan untuk menggunakan tipe 2:1.
Keuntungan dari sistem tanam jajar legowo adalah : Semua barisan rumpun tanaman pada bagian pinggir tanamn memberikan hasil lebbih tinggi, Pemupukan dan pengendalian gulma/hama/penyakit lebih mudah,  Menambah jumlah tanaman yang ditanam sehingga hasil juga bertambah, dan  Menyediakan ruang kosong untuk pengaturan air.Hal ini pemerintah menegaskan bahwa para petani agar menggunakan sistem tanam ini.Penyuluh juga menjelaskan hal tersebut kepada para petani sehingga pemerintah juga memberikan benih padi gratis sebesar 625 kg untuk 25 Ha kepada petani yang mau mencoba sistem tanam tersebut.Para petani pun antusias dengan sistem tanam jajar legowo ini sehingga mereka sepakat untuk mencobanya. Kemudian untuk para  penyuluhjuga tidak lepas tanggung jawab untuk mendampingi para petani ketika tiba masa tanamnya. Materi selanjutnya disampaikan tentang pemupukan berimbang. Untuk pemupukan berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara tanah dengan prinsip tepat jumlah, jenis, cara, dan waktu aplikasi sesuai dengan jenis tanaman akan memberikan pertumbuhan yang baik dan meningkatkan kemampuan tanaman mencapai hasil tinggi. Mteri ini disampaikan karena mengingat bahwa pemakaian pupuk kimia berlebih terus menerus dapat menurunkan pH tanah ( tabah asam). Maka dari itu perlunya pemberian dolomite sebelum tanam untuk menaikkan pH tanah.Dosis pemupukan tanah spesifik lokasi disesuaikan pada kebutuhan tanaman dan ketersediaan unsur hara dalam tanah sawah. Metode yang digunakan antara lain:  Kebutuhan unsur N diketahui dengan cara mengukur tingkat kehijauan daun padi menggunakan Bagan Warna Daun ( BWD), Pemupukan P dan K berdasarkan status hara tanah menggunakan PUTS (Perangkat Uji Sawah Tanah), Dosis pemupukan berimbang yang ada sesuai dengan anjuran spesifik lokasi tersebut. Penggunaan pupuk organik gencar dianjurkan karena mempunyai beberapa keuntungan, yaitu: Mengandung unsur hara makro dan mikro yang lengkap walaupun dalam jumlah yang sedikit, Dapat memperbaiki struktur dan kesuburan tanah, Pengolahan tanah juga akan lebih mudah karena gembur (tidak keras) berbeda pada tanah yang selalu diberikan pupuk kimia maka tanah akan keras sehingga sulit dalam pengolahan dan  Mengurangi residu kimia dalam tanah akibat penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Sehubungan dengan pupuk penyuluh juga menyampaikan bahwa mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah, diantaranya : 100 kg/Ha pupuk urea, 250 kg/Ha pupuk NPK dan 1000 kg/Ha pupuk organik.





4.    Alat bantu penyuluhan
        Salah satu kegiatan dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian adalah penyampaian informasi pertanian kepada penggunanya. Media penyuluhan pertanian disebut juga sebagai alat bantu penyuluhan pertanian yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa dan dicium dengan maksud untuk memperlancar komunikasi. Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat atau perlengkapan penyuluhan yang diperlukan oleh penyuluh guna memperlancar proses mengajarkan selama kegiatan penyuluhan itu dilaksankan.  Alat ini juga diperlukan untuk mempermudah penyuluh selama melaksanakan kegiatan penyuluhan baik dalam menentukan/memilih materi penyuluhan atau menerangkan inovasi yang disuluhkan. Alat bantu yang digunakan dalam penyuluhan di Desa Sukosari dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 3.9 Alat Bantu Penyuluhan di Desa Sukosari
Alat Bantu Penyuluhan
Keterangan
a.       Papan Tulis
Untuk menjelaskan  materi penyuluhan
b.      Spidol
Untuk menulis dan menggambar di papan tulis
Sumber: Data Sekunder
 Kegiatan penyuluhan di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar ini belum menggunakan alat bantu penyuluhan modern secara maksimal yang dikarenakan oleh beberapa keterbatasan dan beberapa hal lain. Alat bantu yang digunakan penyuluh pada kegiatan penyuluhan di Desa Sukosari  yaitu:
a.       Papan tulis ( white board)
Menggunakan papan tulis ini akan memudahkan para penyuluhan menjelaskan materi kepada para petani. Khususnya saat petani menjelaskan sistem tanam jajar legowo yaitu menggambarkan bagaimana jarak-jarak tanam yang harus dibuat.Juga menjelaskan beberapa tipe dari sistem tanam jajar legowo. Sehingga setelah penyuluh menjelaskan/menggambarkan di papan tulis tersebut maka para petani akan lebih cepat memahaminya. Penyuluh menggunakan alat bantu papan tulis ini karena penyuluhan diadakan cukup mendadak sehingga belum cukup persiapan dan penyuluhan dilaksanakan dalam durasi yang cukup pendek serta materi yang disampaikan juga relative sedikit.
b.      Spidol
Alat ini merupakan alat bantu yang digunakan peyuluh ketika menjelaskan di papan tulis. Yaitu ketika peyuluh menggambarkan dan menulis jarak tanam untuk sistem tanam jajar legowo beserta tipe-tipenya maka akan menggunakan alat tersebut. Sehingga dengan menggunakan alat tersebut maka para petani akan mudah memahaminya. Penyuluh menggunakan alat bantu ini karena sehubungan dengan menggunakan alat bantu papan tulis (white board).
Dalam penyuluan tersebut penyuluh tidak mempersiapkan lembar-lembar persiapan penyuluhan (LPP) dikarenakan kegiatan penyuluhan diadakan secara tiba-tiba/mendadak.Apabila ada permasalahan atau materi yang harus disampaikan di suatu desa maka penyuluh langsung mendatangi desa tersebut dan memberikan solusi juga informasi. Terkadang penyuluh harus mengalihkan penyuluhan di suatu tempat yang sudah direncanakan apabila terdapat suatu desa yang lebih membutuhkan materi penyuluhan seperti ketika ada permasalahan di lahan mereka ataupun di desa tersebut belum disampaikan materi yang baru..
5.    Alat peraga penyuluhan
Alat peraga digunakan untuk menarik perhatian dari sasaran penyuluhan, untuk memperjelas pengertian tentang segala sesuatu yang disampaikan, membuat penyuluhan lebih efektif dan memberi kesan yang lebih mendalam.Penggunaan alat peraga tidak mempengaruhi suatu proses penyuluhan. Dalam penggunaan alat peraga di dalam penyuluhan harus diperhatikan  pemilihan alat peraga yang paling efektif dan efisien untuk tujuan perubahan perilaku penerima manfaat yang diinginkan penyuluhnya.
Alat peraga yang digunakan pada kegiatan penyuluhan pertanian di Desa Sukosari yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.10 Alat Peraga Penyuluhan Desa Sukosari Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar Tahun 2014
Alat Peraga
Keterangan
Gambar
Gambar dari papan tulis
Brosur
Kertas selebaran yang memuat gambar dan tulisan
      Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan tabel 3.10, bahwa alat peraga yang digunakan oleh penyuluh pada kegiatan penyuluhan pertanian di Desa Sukosari yaitu gambar. Gambar tersebut di buat oleh penyuluh sendiri dengan alat bantu papan tulis (white board) dan spidol. Dengan gambar tersebut maka petani akan lebih jelas tentang materi yang disampaikan. Menggunakan alat peraga gambar karena akan lebih jelas dan bebas untuk mencoret-coretnya daripada dengan gambar foto yang tidak diberikan penjelasan secara rinci.
Alat peraga lainnya adalah brosur.Leaflet/Brosur/Liptan adalah media berbentuk selembar kertas yang diberi gambar dan tulisan (biasanya lebih banyak tulisan) pada kedua sisi kertas serta dilipat sehingga berukuran kecil dan praktis dibawa.Biasanya ukuran A4 dan dilipat menjadi tiga bagian. Media ini berisikan suatu gagasan secara langsung ke pokok persoalannya dan memaparkan cara melakukan tindakan secara pendek dan lugas dan bersifat memberikan langkah-langkah untuk melakukan sesuatu (instruksional). Media ini sangat efektif untuk menyampaikan pesan yang singkat dan padat.
Kelebihan dari penggunaan selebaran atau brosur dalam penyuluhan adalah memberikan kesan lebih dan mendalam pada saat proses penyuluhan karena para penerima manfaat akan lebih mudah mengingat jika dalam penyuluhan tersebut disertakan gambar yang menarik. Maka para penyuluh menggunakan selebaran tersebut untuk lebih memudahkan dalam menyampaikan isi materi dari penyuluhan.Selain membantu dalam mempermudah materi yang disampaikan selebaran atau brosur juga memberikan kesan yang dapat menarik perhatian dari para penerima manfaat sehingga para penerima manfaat lebih fokus dalam mengikuti penyuluhan.
Para penyuluh lebih memilih menggunakan brosur atau selebaran dalam membantu proses penyuluhannya karena brosur/selebaran lebih efektif dan efisien dalam penggunaanya. Brosur yang hanya selebaran kertas dapat dilipat memudahkan untuk dibawa kemana-mana dan dapat dibawa pulang oleh para penerima manfaat.Brosur yang didalamnya berisi gambar dan tulisan yang sederhana memudahkan para penerima manfaat untuk memahaminya dan mengingatnya.Sehingga diharapkan para penerima manfaat mampu menerapkan dari isi materi yang disuluhkan dan dapat mengubah perilaku dari para penyuluh itu sendiri.
6.      Teknik Komunikasi Penyuluh
Teknik penyuluhan merupakan cara penyuluh untuk mendekatkan materi pada sasaran. Teknik penyuluhan yang digunakan dalam  penyuluhan mengenai “Sistem Tanam Jajar Legowo” di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar adalah dengan menggunakan teknik/metode ceramah. Metode ceramah umumnya diselenggarakan dalam suatu tempat dengan suasana yang cukup menunjang terselenggaranya suasana pembicaraan yang komunikatif. Ruangan yang tersedia relatif cukup luas dengan kapasitas tampung 30-500 orang. Pada kegiatan pertemuan dengan menggunakan metode ceramah, penyuluh hanya menyampaikan pokok-pokok pikiran yang ingin disampaikannya dan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada sasaran penyuluh pertanian untuk menyampaikan tanggapan terhadap hal-hal yang disampaikan, dengan catatan hal-hal yang disampaikan berupa pokok pikiran mengenai materi yang disampaikan yang telah dikuasai penjelasannya secara mendetail oleh penyuluh.
Teknik komunikasi penyuluhan atau metode yang digunakan dalam penyuluhan di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar yaitu:
Tabel 3.11  Teknik Komunikasi Penyuluhan Pertanian yang digunakan di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar tahun 2014
Teknik
Penjelasan
Ceramah
Menjelaskan materi pada sasaran penyuluhan tanpa adanya partisipasi aktif dari sasaran penyuluhan
   Sumber : Data Primer
Karena jumlah sasaran penyuluhan cukup besar maka diperlukan alat bantu yang menunjang kelancaran pertemuan baik berupa materi tertulis maupun gambaran yang terproyeksi yang memiliki ukuran yang cukup besar. Jika peralatan tidak tersedia, penyuluh pertanian harus pandai membaca situasi dan berusaha untuk menarik perhatian para hadirin untuk memperhatikan materi yang disuluhkannya. Waktu ideal untuk penyelenggaraan penyuluhan pertanian dengan metode ceramah ini maksimum 1 – 2 jam.
Berdasarkan tabel 3.11 penggunaan metode ceramah oleh penyuluh ini karena penyuluh ingin menyampaikan materi lebih jelas dan tepat. Dan juga materi yang disampaikan oleh penyuluh mengenai sistem jajar legowo masih terkesan baru ditelinga para penerima manfaat. Jadi penyuluh dapat menjelaskan sebanyak-banyaknya mengenai sistem jajar legowo. Keunggulan dari metode ceramah ini adalah mempunyai efektifitasnya tinggi dan informasi yang disampikan dapat lebih mendalam.
7.      Deskripsi kegiatan penyuluhan dari awal sampai akhir
Kegiatan penyuluhan pertanian dilakukan pada hari Sabtu, 17 Mei 2014. Bertempat di salah satu rumah penduduk di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar pukul 12.00-14.30 WIB. Kegiatan penyuluhan sebagian besar dihadiri oleh orang tua yang merupakan anggota kelompok tani di Desa Sukosari.Materi penyuluhan disampaikan oleh Bapak Waluyo selaku ketua tim penyuluh dari Desa Sukosari dan dihadiri pula oleh Bapak Edi dan Ibu Yayuk selaku penyuluh di desa tersebut. Selain dari tim penyuluh yang datang dalam penyuluhan kemarin, penyuluhan tersebut dihadiri pula Ibu Luluk yang mensosialisasikan pupuk organik “POMI”. Materi penyuluhan yang disampaikan berjudul “Sistem Tanam Jajar Legowo”. Penyampaian materi disesuaikan dengan kondisi didesa tersebut yang petaninya masih menggunakan pola tanam bukan sistem jajar legowo.
Kebanyakan para petani di Kecamatan Jumantono khususnya di Desa Sukosari masih menggunakan sistem tanam tegelyang hasil produksinya masih rendah.Selain itu kebiasaanpara petani yang dalam memupuk padi mereka masih menggunakan pupuk kimia bukan pupuk organik. Hal ini menyebabkan kondisi tanahnya mengkhawatirkan karena kandungan unsur hara yang ada didalamnya menjadi rendah bahkan hilang.
Melihat kondisi yang demikian tim penyuluh berusaha mengenalkan sistem tanam padi terbaru yaitu sistem tanam jajar legowo. Dimana nantinya diharapkan kepada para peneriman manfaat dapat menerapkan sistem tanam jajar legowo ini. Bapak Waluyo mengutarakan bahwa sistem tanam jajar legowo ini akan dapat meningkatkan hasil produksi panen padi karena “saya sudah menerapkan sistem ini dan hasilnya memuaskan” ujar bapak Waluyo. Keuntungan penggunaan sistem ini adalah proses fotosintesis pada tanaman padi lebih maksimal. Selain itu dalam pembasmian hama lebih mudah dan juga dalam penyemprotan hama, tanaman padi tidak terlalu banyak terinjak karena orang yang menyemprot akan berjalan pada lorong diantara tanaman padi yang lebarnya 40 cm. Proses irigasinya pun juga lebih mudah.
Penyuluhan dengan materi sistem tanam jajar legowo ini berisikan mengenai bagaimana cara olah tanah yang baik menurut sistem tanam jajar legowo meliputi pengairan/irigasi, penanaman dan pemupukan. Kemudian bagaimana cara persemaian bibit yang baik dan efisien. Selain cara olah tanah yang baik, materi ini juga berisikan bagaimana cara membuat pupuk organik yang baik dan benar. Sehingga diharapkan kepada penerima manfaat setelah menerima penyuluhan dapat menerapkan apa yang diterimanya setelah mengikuti penyuluhan dan beralih dari pupuk kimia ke pupuk organik.
Setelah penyuluhan dari bapak Waluyo selesai, kemudian penyuluhan disambung dengan sosialisasi pupuk organik yang disampaikan oleh ibu Luluk dari PT.Indoagitama dengan produknya yang bernama POMI. Pupuk ini merupakan pupuk organik yang dapat menyeimbangkan kondisi tanah yang tercemar oleh bahan kimia yang berasal dari pupuk kimia. Selain pupuk untuk tanaman ibu Luluk juga menawarkan vitamin untuk hewan ternak.
Alat bantu penyuluhan yang digunakan pada penyuluhan diyaitu berupa papan whiteboard dan spidol. Alat-alat tersebut diperlukan oleh penyuluh guna memperlancar proses mengajarnya selama kegiatan penyuluhan berlangsung. Alat bantu yang digunakan dalam penyuluhan dimemang tidak banyak, tetapi penggunaan papan whiteboard dan spidol  dirasa telah cukup oleh penyuluh karena dengan adanya papan whiteboard ini penyuluh dapat menggambarkan pola tanam yang diterapkan pada sistem jajar legowo, peserta penyuluh dapat melihat secara langsung mengenai gambar atau pola tanam yang di gambarkan oleh para penyuluh. Terkadang penyuluh harus mengalihkan penyuluhan di suatu tempat yang sudah direncanakan apabila terdapat suatu desa yang lebih membutuhkan materi penyuluhan seperti ketika ada serangan hama, atau mendekati panen.
Alat peraga yang digunakan oleh penyuluh pada kegiatan penyuluhan pertanian di Desa Sukosari yaitu gambar dan tulisan yang terdapat pada selebaran kertas dengan ukuran A4 yang dapat dilipat menjadi tiga atau yang biasa disebut dengan brosur juga gambar yang di gambar oleh peyuluh itu sendiri. Setiap peserta yang mengikuti penyuluhan diberikan brosur oleh para penyuluh. Peserta penyuluhan terlihat antusias dalam membaca brosur tersebut dan melihat gambar dari pola tanam jajar legowo, terlebih lagi penyuluh memberikan informasi secara interkatif kepada peserta penyuluh dengan gaya santai tetapi mengena. Hal tersebut terlihat bahwa peserta penyuluh tidak ada yang pulang saat kegiatan penyuluhan berlangsung, mereka mengamati satu demi satu materi yang diberikan hingga akhir sambil mencicipi makanan ringan dan minuman yang disediakan.
Teknik penyuluhan yang digunakan dalam  penyuluhan mengenai “Sistem Tanam Jajar Legowo” di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyaradalah metode ceramah karena metode ini selain penyuluh menyampaikan materi (ceramah), sasaran diberi kesempatan untuk menyampaikan informasi balik baik yang berasal dari pendapatnya sendiri atau tanggapan atas informasi yang disampaikan oleh penyuluh atau oleh sasaran penyuluhan yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arif Wijianto. 2005. Metode Dan Teknik Penyuluhan Pertanian. Fakultas Pertanian UNS: Surakarta.
Mardikanto T. 2005. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Suradisastra, Kedi. 2006. Revitalisasi Kelembagaan untuk Mempercepat Pembangunan Sektor Pertanian dalam Otonomi Daerah. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian. Vol 1 hal 22 - 31 No. 3 September 2006.
Departemen Pertanian Indonesia. 2008. Strategi, Metode dan Teknik Penyuluhan. http://pfi3pdata.litbang.deptan.go.id.  Diakses pada tanggal 23 April 2014 pukul 19.00 WIB.
Sri Mustika1, Budi Setiawan2, dan Dodik Briawan2. 2008. Keragaan Penyuluhan Pertanian dalam Upaya Mendukung Pembangunan Ketahanan Pangan. Jurnal Gizi dan Pangan, November 2008 3(3): 185 – 191.
BPKP. 2006. Pokok-Pokok Penyuluhan Pertanian. CV Yasaguna. Jakarta.
Salim, F. 1986. Strategi Belajar-Mengajar Pertanian. Bandung: Pustaka Martim.
Soeharto. 2005. Prinsip Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian. UI Press. Jakarta.
Saptana, W dan Ashari. 2007. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. http://blog.ub.ac.id/prasticha/2010/05/26/hello-world/. Diakses pada 24 April 2014.