LAPORAN DASAR-DASAR PENYULUHAN PERTANIAN 2014
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penyuluhan pada dasarnya adalah pendidikan dimana
target/sasarannya yaitu para petani/peternak harus mengalami perubahan
perilaku, dari mulai aspek yang bersifat kognitif, afektif dan akhirnya
psikomotorik. Tentang hal ini, diakui bahwa, penyuluhan sebagai proses
perubahan perilaku melalui pendidikan akan memakan waktu lebih lama, tetapi
perubahan perilaku yang terjadi akan berlangsung lebih kekal. Sebaliknya,
meskipun perubahan perilaku melalui pemaksaan dapat lebih cepat dan mudah
dilakukan, tetapi perubahan perilaku tersebut akan segera hilang, manakala
faktor pemaksanya sudah dihentikan. Oleh karena itu penyuluhan merupakan
investasi untuk masa depan. Hasil dari penyuluhan tidak dapat diketahui dalam
waktu yang singkat terlebih lagi jika tujuan utama suatu program penyuluhan
adalah terjadinya adopsi suatu iknovasi yang ditawarkan atau terjadinya
perubahan perilaku sasaran, tentu akan membutuhkan waktu yang relatif lama.
Bekas negara-negara komunis barang kali menghadapi persolan
yang paling sulit karena transformasi pekerja yang semula pertanian negara dan
pertanian kooperatif beralih menjadi pertanian individu seperti layaknya
pengusaha swasta, pembangunan infrastruktur untuk penyediaan input, pemasaran,
dan penyuluha. Hal itu diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
pertanian individual. Dimana-mana terlihat adanya kecenderungan kearah
persaingan yang semakin ketat dipasar dunia dan hanya petani-petani yang
efisien saja yang mampu bertahan. Sebelum
persoalan-persoalan diatas dapat dipecahkan, dibutuhkan perubahan-perubahan
mendasar dalam pertanian dunia. Sebagian besar perubahan ini memerlukan
petani-petani yang kompeten yang dapat meningkatkan produktifitas mereka.
Selain itu, para petani dapat mempertahankan kelestarian sistem pertanian mereka dengan memanfaatkan secara
efektif pengetahuan dan informasi yang tersedia dari beberapa sumber yang
berbeda, seperti lembaga-lembaga penelitian, petani-petani yang berhasil, dan
pasar.
|
|
Lebih dari 500.000 agen penyuluhan pertanian di dunia
harus memainkan peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kompetensi
petani. Mereka juga diharapkan memainkan peranan baru, seperti
memperkenalkan pertanian yang berkelanjutan yang menuntut
keterampilan-keterampilan baru. Pada saat yang sama kondisi kerja mereka juga
mengalami perubahan drastis, misalnya melalui swastanisasi pelayanan-pelayanan
pemerintah, termasuk penyuluhan, dan berkembangnya peranan
perusahaan-perusahaan komersial serta organisasi-organisasi non pemerintah dalam
penyuluhan pertanian. Dibutuhkan agen-agen penyuluhan yang sangat berkompeten
untuk membuat keputusan-keputusan untuk masa mendatang mengenai peranan
pelayanan penyuluhan dan pelaksanaannya.
B.
Tujuan Praktikum
Praktikum Dasar - Dasar Penyuluhan Pertanian di Kecamatan
Jumantono, Kabupaten Karanganyar ini
bertujuan untuk :
1.
Mahasiswa
mengetahui secara langsung praktik kegiatan penyuluhan pertanian yang dilakukan
oleh Penyuluh Pertanian Lapang (PPL).
2.
Mahasiswa
mampu menyusun materi penyuluhan secara tepat berdasrkan kebutuhan sasaran, lengkap dengan alat bantu dan alat peraganya.
C.
Manfaat Praktikum
Melalui praktikum Dasar - dasar Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1.
Bagi
Mahasiswa:
a. Mahasiswa dapat melakukan wawancara, menelaah dokumen
dan mengumpulkan informasi tentang proses dan substansi Perencanaan Program/
Programa Penyuluhan Pertanian.
b. Mahasiswa dapat melakukan penngamatan terhadap praktek
Penyuluhan Pertanian yang dilakukan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan yang
menyangkut system kerja metoda dan perlengkapan penyuluhan yang disiapkan atau
digunakan.
c. Mahasiswa dapat meningkatkan kualitas usaha pertanian
pada tempat pelaksanaan praktikum sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
petani sesuai dengan tujuan dari penyuluhan pertanian.
d. Mahasiswa dapat membantu tugas pemerintah daerah dalam
melakukan peningkatan kualitas hidup masyarakat terkait fungsi pengabdian
masyarakat.
2. Bagi Petani :
a. Petani mendapat informasi baru tentang pertanian
sehingga dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya saat ini.
b. Petani dapat meningkatkan penghasilannya sehingga
kualits hidup petani pun dapat ikut naik.
c. Petani dapat saling sharing dengan petani lain dan
juga penyuluh.
d. Menjalin kerjasama dan kerukunan antar petani.
3. Bagi Pemerintah:
a. Tugas pemerintah dalam usaha meningkatkan
kesejahteraan petani, dapat terbantu dengan kegiatan penyuluhan ini.
b. Pemerintah dapat mengetahui permasalahan apa yang
dihadapi oleh masyarakat terkhusus petani desa tersebut.
c. Pendapatan pemerintah dapat bertambah karena kualitas
hidup masyarakat meningkat.
II.
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Penyuluhan |
|
Penyuluhan pertanian bagian dari
sistem pembangunan pertanian yang merupakan sistem pendidikan di luar sekolah (pendidikan
non formal) bagi petani beserta keluarganya
dan
anggota masyarakat lainnya yang terlibat dalam pembangunan pertanian. Oleh karena itu penyuluhan pertanian
adalah suatu upaya untuk terciptanya iklim yang kondusif guna membantu petani
beserta keluarga agar dapat berkembang menjadi dinamis. Selain itu, agar mampu untuk
memperbaiki kehidupan dan penhidupannya dengan kekuatan sendiri dan pada
akhirnya mampu menolong dirinya sendiri (Soeharto, 2005).
Penyuluhan pertanian adalah upaya
pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis
melalui kegiatan pendidikan non formal dibidang pertanian. Dalam upaya agar mampu menolong
dirinya sendiri baik dibidang ekonomi, sosial maupun politik, sehingga
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai. Sehingga
diupayakan melalui penyuluhan ini dapat menaikkan kualitas sumber daya manusia
serta mengurangi angka kemiskinan di Indonesia (Salim, 2005).
Penyuluhan pertanian merupakan
upaya pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis
melalui kegiatan pendidikan non formal dibidang pertanian. Diharapkan agar mampu menolong
dirinya sendiri baik dibidang ekonomi, sosial maupun politik maupun budaya.
Sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
keluarganya (Suradisastra, 2006).
Menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang
Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan: ” penyuluhan adalah
proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan
mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,
teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup”. Berdasarkan
pengertian tersebut penyuluhan memegang peran strategis terhadap peningkatan
kesejahteraan dan partisipasi pelaku utama dalam pembangunan daerah dan
nasional. Hal itu
diharpkan untuk kesejahterahan (BPKP, 2006).
|
|
Penyuluhan
pertanian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembangunan/
pengembangan masyarakat dalam arti luas. Dalam praktek, pendidikan selalu
dikonotasikan sebagai kegiatan pengajaran yang
bersifat “menggurui” yang membedakan status antara guru/pendidik
yang selalu “lebih pintar” dengan murid/
peserta didik yang harus menerima apa
saja yang diajarkan oleh guru/pendidiknya. Pemangku kepentingan (stakeholders) agribisnis tidak terbatas
hanya sebatas antara petani dan keluarganya (Arif, 2009).
Penyuluh pertanian adalah orang
yang memberikan dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berfikirnya
dan cara hidupnya yang lama dengan cara yang baru melalui proses penyebaran
informasi seperti pelatihan, kursus, kunjungan yang berkaitan dengan perubahan
dan perbaikan cara-cara berusahatani, usaha peningkatan prodiktivitas
pendapatan petani serta perbaikan kesejahteraan keluarga petani atau
masyarakat. Didalam kenyataanya, kualifikasi penyuluh tidak cukup hanya dengan
memenuhi persyaratan keterampilan, sikap dan pengetahuan saja, tetapi keadaan
atau latar belakang sosial budaya (bahasa, agama, kebiasaan-kebiasaan)
seringkali justru lebih banyak menentukan keberhasilan penyuluh yang
dilaksanakan. Karena itu penyuluh yang baik sejauh mungkin harus memiliki latar
belakang sosial budaya yang sesuai dengan keadaan sosial budaya masyarakat
sasarannya (Saptana et al.,
2007).
B.
Metode
dan Teknik Penyuluhan Pertanian
Dalam metode pendekatan
kelompok, penyuluh berhubungan dengan sasaran penyuluhan secara kelompok.
Metode pendekatan kelompok atau group approach, cukup efektif,
dikarenakan petani atau peternak dibimbing dan diarahkan secara kelompok untuk
melakukan sesuatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerja sama. Dalam
pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, di samping dari transfer
teknologi informasi juga terjadinya tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran
penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Metode kelompok pada umumnya
berdaya guna dan berhasil guna tinggi. Metode ini lebih menguntungkan karena
memungkinkan adanya umpan balik, dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan
bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma para anggotanya
(Setiana, 2005).
Untuk
memilih metoda berkomunikasi yang efektif. Adanya tiga cara pendekatan yang
dapat juga diterapkan dalam pemilihan metoda penyuluhan,
yaitu yang didasarkan pada media yang digunakaan. Selain itu
menggunkan sifat hubungan antara penyuluh dan penerima manfaatnya
dan pendekatan psiko-sosial yang dikaitkan dengan tahapan adopsinya (
Mardikanto, 2009).
Dalam praktek,
sering penggunaan metode penyuluhan dilakukan dengan mengkombinasikan satu sama
lain. Hal ini dilakukan untuk memproleh hasil yan optaimal.
Pemilihan penggunaan metode penyuluhan perlu memperhatikan dua hal yaitu; yang
pertama isi pesan (umum/ kusus) dan yang kedua target sasaran individu ( target individu,target
kelompok, dan target umum) ( Musyafak et
al., 2005).
Hal-hal yang berkaitan dengan
penyusunan PRA antara lain penyuluhan pertanian, metode, dan teknik penyuluhan
seperti demplot, wawancara, anjangsana, pendekatan kelompok dan pendekatan
individu. Penyuluh partisipatif merupakan pendekatan penyuluhan dari bawah ke
atas (bottom up) untuk memberikan kekuasaan kepada petani agar dapat
mandiri. Dengan kekuasaan dalam peran,
keahlian, dan sumberdaya untuk mengkaji desanya sehingga tergali potensi yang
terkandung, yang dapat diaktualkan, termasuk permasalahan yang ditemuka
(Sekarni, 2013).
Seorang
komunikator harus dapat menguasai teknika dan metode yang akan digunakan agar
dapat mencapai sasaran yang dimakasud. Dengan demikain, bahwa usaha memberikan
penyuluhan memerlukan beberapa teknik komunikasi yang efektif, seperti yang
dikemukakan oleh para ahli. Adapun teknik-teknik yang digunakan dalam penyulhan
yang selanjutnya dapat disebut sebagai teknik penyuluhan adalah sebagai
berikut: Teknik Komonukasi Informatif, Teknik Komunikasi Persuasi dan Teknik
Komunikasi Coersive (Burhannudin,
2012).
Metode
Penyuluhan Pertanian adalah cara penyampaian materi (isi pesan) penyuluhan
pertanian oleh penyuluh pertanian kepada petani beserta anggota keluarganya
baik secara langsung maupun tidak langsung agar mereka tahu, mau dan mampu
menggunakan inovasi baru. Umumnya pesan terdiri dari sejumlah simbol dan isi
pesan inilah yang memperoleh perlakuan. Bentuk perlakuan tersebut memilih,
menata, menyederhanakan, menyajikan dll. Dilain pihak simbol dapat diartikan
kode-kode yang digunakan pada pesan. Simbol yang mudah diamati dan paling
banyak digunakan yaitu bahasa. Keputusan-keputusan yang dibuat oleh penyuluh
pertanian atau sumber untuk memilih serta menata isi pesan dan simbol yang
digunakan pada pesan dapat dikatakan teknik penyuluhan pertanian (Deptan,
2008).
Metode
penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai cara atau teknik penyampaian
materi penyuluhan kepada pelaku utama dan pelaku usaha (kelayan) beserta
keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung. Diharapkan mereka lebih mudah
memahami dan dapat mempermudah penerapan suatu inovasi. Dalam penggunaan metode
penyuluhan dapat dibedakan menjadi beberapa golongan berdasarkan: teknik
komunikasi, jumlah sasaran dan indera penerima dari sasaran (Sumardi, 2005).
C.
Alat
Bantu dan Alat Peraga
Alat
bantu penyuluhan dapat membantu dalam proses penyuluhan karena dengan adanya
alat bantu akan memperlancar proses penyuluhan. Dalam penyuluhan pertanian
terdapat dua macam alat bantu penyuluhan yaitu alat bantu yang berhubungan
dengan tempat (kursi, tikar, penerangan dan lain-lain). Selain itu alat bantu yang
berhubungan dengan penyajian pelajaran seperti visual, audio, audiovisual dan
lain-lain (Suradisastra, 2006).
Alat
Peraga Penyuluhan adalah sebagai alat atau benda yang dapat diamati, didengar,
diraba atau dirasakan oleh indra manusia. Fungsi alat tersebut sebagai alat untuk
memperagakan dan atau menjelaskan uraian yang disampaikan secara lisan oleh
penyuluh guna membentuk proses belajar mengajar sasaran penyuluhan. Hal itu diharapkan agar materi
penyuluhan lebih mudah diterima dan dipahami oleh sasaran penyuluhan yang
bersangkutan, contohnya seperti folder dan poster (Mardikanto et
al., 2005).
Pertimbangan
sarana dan biaya didasakan atas bagaimana ketersediaanya sarana yang akan
digunakan sebagai alat bantu dan alat peraga penyuluhan pertanian. Sebagai contoh, disuatu daerah yang tidak ada
listrik, tentunya sulit melakukan penyuluhan dengan menggunakan OHP (Over Head
Pprojector) atau menggunakan LCD/Komputer dan pemutaran film kecuali jika
disediakan generator listrik. Biaya diperlukan untuk mendanai kegiatan,
misalnya dari segi efisiensinya kursus tani lebih mahal daripada pertemuan
umum, namun lebih murah daripada melakukan kunjungan rumah atau usaha
tani. Jadi ketersediaan biaya akan
sangat menentukan alternatif kombinasi pemilihan metoda penyuluhan pertanian
(Deptan, 2008).
Pemanfaatan
media adalah frekuensi penyuluh dalam mencari dan mendapatkan informasi dari
berbagai media komunikasi baik media elektronik maupun media cetak.
Pengkategorian untuk pemanfaatan media terdiri atas: tidak pernah,
kadang-kadang, sering, dan sering sekali. Penggunaan media penyuluhan
sebagai salah satu alat untuk menyampaikan informasi oleh penyuluh kepada
petani agar materi penyuluhannya lebih mudah diterima dan dimengerti oleh petani. Dalam penelitian ini kategori media
penyuluhan yang digunakan adalah banyaknya macam media penyuluhan yang
digunakan yang dikategorikan
yaitu
sedikit (0-2 macam), Sedang (3-4 macam), banyak (>4 macam) (Mustika,
2008).
D.
Materi Penyuluhan
Teknologi budidaya padi sawah yang digunakan petani
selama ini masih relatif sederhana. Masih banyak menggunakan varietas lokal dan varietas unggul
tidak berlabel. Cara tanam tidak beraturan, baik dengan caplak satu arah atau
caplak dua arah, sehingga populasi rendah. Penggunaan pupuk sangat tergantung
dengan dana yang ada (Miswarti et al., 2004).
Cara tanam padi sistem legowo merupakan rekayasa
teknologi yang ditujukan untuk memperbaiki produktivitas usaha tani padi.
Teknologi ini merupakan perubahan dari teknologi jarak tanam tegel menjadi
tanam jajar legowo. Legowo diambil dari bahasa Jawa Banyumas yang berasal dari
kata lego dan dowo, lego artinya luas dan dowo
artinya memanjang. Jadi, diantara kelompok barisan tanaman padi terdapat lorong
yang luas dan memanjang sepanjang barisan, jarak antar kelompok barisan
(lorong) bisa mencapai 50cm, 60 cm, 70 cm bergantung pada kesuburan tanah
(Suriapermana et al., 2003).
Barisan tanaman pada jajar legowo ini dikembangkan
berdasarkan pemanfaatan adanya pengaruh baris pinggir. Pada umumnya dalam
pertanaman padi petani menggunakan tanam sistem tegel simetris. Pada tanam
sistem tegel simetris ini tanaman padi di daerah tepi mempunyai produksi yang
lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanaman dalam baris berikutnya yang lebih
dalam. Dasar pemikiran tersebut mengarah pada pemikiran untuk membuat tanaman
padi seperti pada tanaman pinggir. Dengan demiikian pada sistem legowo 2 baris,
semua rumpun padi tersebut memperoleh manfaat dari pengaruh tanaman pinggiran
(border effect) sehingga mempunyai hasil produksi lebih tinggi atau lebih
meningkat (Pahrudin et al.,
2004).
Jajar legowo 2:1 {40 cm x [20 cm x (10-15 cm)]}
adalah salah satu cara tanam pindah sawah yang memberi ruang (barisan yang
tidak ditanami) pada setiap dua barisan tanam, tetapi jarak tanam dalam barisan
lebih rapat yaitu 10-15 cm tergantung dari kesuburan tanahnya. Pada tanah
kurang subur yang ditandai oleh kebiasaan petani tanam cara tegel 20 cm x 20
cm, menggunakan jarak tanam dalam barisan 10 cm. Pada tanah dengan kesuburan
sedang yang ditandai oleh kebiasaan petani tanam cara tegel 22 cm x 22 cm, digunakan
jarak tanam dalam barisan 12,5 cm. Sebaliknya pada tanah subur yang ditandai
oleh kebiasaan petani 64 tanam cara tegel 25 cm x 25 cm, digunakan jarak tanam
dalam barisan 15 cm. Tujuan cara tanam jajar legowo adalah : (1) untuk
memanfaatkan radiasi surya bagi tanama pinggir, (2) tanaman relatif aman dari
serangan tikus karena lahan lebih terbuka, dan (3) menekan serangan penyakit
karena rendahnya kelembaban dibandingkan dengan cara tanam biasa. Disamping
itu, dengan cara tanam jajar legowo populasi tanaman bertambah 30 %, pemupukan
lebih efisien, dan pengendalian hama, penyakit dan gulma lebih mudah dilakukan
daripada cara tanam biasa (Sekarani,
2013).
Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah pemberian kondisi pada setiap
barisan tanam padi untuk mengalami pengaruh sebagai tanaman barisan pinggir.
Umumnya tanaman pinggir menunjukkan hasil lebih tinggi daripada tanaman di
bagian dalam barisan. Tanaman pinggir juga menunjukkan pertumbuhan yang lebih
baik karena kurangnya persaingan tanaman antar barisan. Adapun manfaat tanam jajar legowo antara
lain populasi tanaman padi meningkat sekitar 24% daripada tanaman tegel,
meningkatkan produksi 12 – 22 %, memperbaiki kualitas gabah dengan semakin
banyaknya tanaman pinggir, mengurangi tingkat serangan hama dan penyakit, memudahkan
perawatan; penyiangan, pemupukan dan penyemprotan pestisida atau dengan
menggunakan fungisida (Azwir, 2008).
III.
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Observasi/Pengamatan
Kegiatan Penyuluh Pertanian
1.
Lembar
Persiapan Penyuluhan (LPP)
Lembar Persiapan Menyuluh ( LPM ) yaitu
lembar persiapan menyuluh yang memuat hal-hal pokok yang akan
dilaksanakan/dilakukan dalam penyuluhan. Mencakup tentang pokok kegiatan,
uraian kegiatan, alat bantu dan lain-lain. LPM ini di maksudkan agar memudahkan
penyuluh dalam menyampaikan materi penyuluhannya. Adapun LPM Desa Sukosari
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Lembar Persiapan
Penyuluhan di Desa Sukosari Kecmatan Jumantono Kabupaten Kranganyar
Pokok Kegiatan
|
Uraian
Kegiatan
|
Keterangan
|
Pendahuluan
|
a.
Salam dan kata pembukaan
b.
Gambaran umum materi
c.
Motifasi
|
Alat Bantu :
1. Papan
tulis
2. Kertas
materi penyuluhan
3. Spidol
4. foto
|
Isi/materi
|
a.
Pengertian dan manfaat SR
b.
Teknis pembuatan SR
c.
Teknis pemeliharaan SR
|
|
Penutupan
|
a.
Rangkuman materi
b.
Evaluasi
c.
Salam dan penutup
|
Sumber:
Data Sekunder
Tujuan
penyusunan LPM adalah: Agar memudahkan penyuluh dalam penyampaian
materi, Agar penyuluhan dapat
berjalan lancar sesuai skenario waktu yang telah ditetapkan, Memudahkan dalam melakukan evaluasi baik pre-test maupun
post-test, Memudahkan
penyuluh dalam mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan pada kegiatan
penyuluhan, Sebagai
salah satu bukti pelaksanaan kegiatan penyuluhan.
Sasaran
dalam penyuluhan ini yaitu kelompok tani Ngudi Makmur Desa Sukosari, Kecamatan jumantono, Kabupaten
Karangannyar. Yang akan berlangsung selama 120 menit. Dalam LPM tersebut memuat
topik tentang pembuatan sumur resapan. Dengan ini penyuluh menggunakan sifat
penyuluhan informatif dan motivatif. Sifat penyuluhan informatif yaitu proses penyampaian pesan yang sifatnnya memberi
tahu atau memberikan penjelasan kepada orang lain.
Komunikasi ini dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis, misalnya melalui
papan pengumuman, pertemuan-pertemuan kelompok dan juga media massa. Karena
sifatnya yang informatif, maka arus penyuluhan yang terjadi adalah searah (one way communication). Penggunaan teknik
komunikasi informatif dalam kegiatan penyuluhan bertujuan ingin menyampaikan
sesuatu seperti keterangan-keterangan tertentu yang dianggap penting diketahui
oleh khalayak atau masyarakat luas yaitu tentang pembuatan sumur resapan.Sifat
penyuluhan motivatif yaitu seorang penyuluh bersifat menyampaikan berbagai
motivasi kepada para kelompok tani ngudi makmur 4 yang bertujuan agar para
petani tersebut termotivasi/tertarik dalam pembuatan sumur resapan tersebut.
Tujuan
khusus dalam penyuluhan ini adalalh agar petani mampu menjelaskan pengertian
SR, mampu menjelaskan teknik pemnuatan SR dan mampu memelihara SR. Rincian
dalam acara penyuluhan ini terdiri dari pendahuluan, materi inti dan
pengakhiran/penutupan. 15 menit pertama akan dimulai dengan salam dan kata
pembukaan selama 4 menit oleh penyuluh yang bertugas. Setelah itu menyampaikan
gambaran umum materi tentang pembuatan SR selama 6 menit dan 5 menit terakhir untuk
menyampaikan motivasi kepada seluruh petani dalam kelompok tani ngudi makmur
4.Kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi inti selama 85 menit. Dalam
penyampaian tersebut yang pertama akan menyampaikan tentang pengertian dan
manfaat SR selama 30 menit selanjutnya menyampaikan tentang teknis pembuatan SR
dengan durasi 30 menit. Dan yang terakhir dalam point ini adalah menyampaikan
teknis pemeliharaan SR. 20 menit terakhir dari 120 menit, penyuluh sudah
persiapan untuk menutup penyuluhan tersebut dengan menyampaikan rangkuman
materi, evaluasi dan salam penutup. Media yang digunakan dalam penyuluhan ini antara lain : papan
tulis, kertas, spidol, kapur dan foto. Dengan media tersebut sehingga petani
akan lebih mudah memahami materi dari penyuluh.
2. Waktu,
lokasi, dan Tempat Praktikum
a. Keadaan
Umum Desa
1)
Luas Wilayah
Luas wilayah di Desa Sukosari Kecamatan
Jumantono Kabupaten Karangannyar seluas 310,8450 ha. Dalam luas wilayah ini
terbagi dalam penggunaan tanahnya. Rincian dari penggunaan tanah terdapat dalam
tabel 3.2 dibawah ini:
Tabel
3.2 Luas Wilayah Desa Sukosari, Kecamatan
Jumantono, Kabupaten Karangannyar Tahun 2014
Kondisi
|
Keterangan
|
1.
Luas
dan batas wilayah
a.
Luas desa/kelurahan
Tanah sawah
Tanah kering
Tanah fasilitas umum
Tanah Fasilitas Sosial
Tanah lain –lain/tandus
b. Batas wilayah
Utara
Selatan
Barat
Timur
2.
Iklim
a.
Curah hujan
b. Jumlah bulan hujan
c.
Suhu rata-rata harian
d.
Topografi
3.
Orbitasi
a.
Jarak dari ibu kota kecamatan
b. Jarak dari ibukota kabupaten
|
310,8450
ha
104,7500 ha
197,7780 ha
3, 4650 ha
0,8820 ha
3,9700 ha
Desa Sambirejo
Desa Tugu
Wilayah Kabupaten Sukoharjo
Desa Sambirejo dan Desa Tugu
3.280 mm
10 bulan
27,5
Sedang
± 7 km
± 12 km
|
Sumber:
Data Sekunder
Lokasi praktikum Penyuluhan Pertanian ini
diadakan di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karangannyar,
tepatnya di rumah Bapak Hartoyo yang merupakan ketua dari kelompok tani Ngudi
Makmur 4. Desa Sukosari memiliki rata-rata ketinggian 400 meter diatas
permukaaan laut dengan luas wilayah 310,8450 Ha yang terdiri dari 3 dusun, 6
RW, 16 kelompok RT, 1 kelompok Gapoktan dan 3 kelompok tani. Dari luas wilayah tersebut, luas 302,5280 Ha
merupakan tanah sawah danah tanah kering. Yaitu dengan luas tanah sawah
104,7500 Ha dan tanah kering luasnya 197,7780. Tanah sawah yang terdiri dari
tanah sawah irigasi setengah teknis 36,9495 Ha, tanah sawah irigasi sederhana
37,6000 Ha dan tanah sawah tadah hujan 31,2005 Ha. Tanah kering terdiri dari
pekarangan 86,7490 Ha, tegal/talun 111,0290 Ha dan ladang gembala 0,1200 Ha. Sisa
luas wilayah selain untuk tanah sawah dan tanah kering digunakan untuk keperluan fasilitas umum (lapangan olahraga,
taman rekreasi dan pemakaman), keperluan fasilitas sosial (masjid, gereja dan
sara pendidikan) dan sisanya lagi adalah tanah tandus seluas 3,9700 ha.
Suhu udara rata-rata di Desa Sukosari yaitu
diantara 230
C-300
C dengan rata-rata mencapai 27,5°C . Jumlah
bulan hujan desa ini selama 10 bulan dengan curah hujan 3.280 mm dan rata-rata
curah hujan sebesar 94,798 mm/tahun.
Topografi Desa Sukosari ini termasung sedang karena rata- rata ketinggiannya
400 mdpl.
Dapat diketahui juga bahwa Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karangannyar bagian utara berbatasan dengan Desa Gombong, untuk bagian Timur berbatasan dengan Desa Sambirejo dan Desa Tugu, selatan berbatasan
dengan Desa Tugu, dan untuk batas bagian
barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukoharjo. Dan batas binaan wilayah kerja penyuluh
pertanian Desa Sukosari bagian utara adalah sungai Gembong, bagian selatan
adalah sungai kecil utara Desa Tugu, Timur berbatasan dengan Pagar pekarangan
Desa sambirejo dan bagian Barat berbatasan dengan jalan DPU Jurusan Karangannyar-Jumapolo. Jarak desa ke
Ibu Kota Kecamatan yaitu ± 7 km dan dari Ibu Kota Kabupaten ± 12 km.
2)
Mata Pencaharian
Mayoritas penduduk di desa Sukosari adalah
sebagai petani, namun ada beberapa yang bekerja di luar pertanian. Bekerja
diluar sektor pertanian menjadi salah satu alternatif cara untuk dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Berikut ini adalah data keadaan penduduk menurut mata
pencaharian di Desa Sukosari.
Tabel 3.3 Mata
Pencaharian Penduduk Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karangannyar
Tahun 2012
Sektor
|
Jumlah
|
1.
Buruh
tani
2.
Petani
3.
Pedagang/pengusaha
4.
PNS
5.
TNI/Polri
6.
Karyawan
swasta
7.
Pertukangan
8.
Pensiunan
9.
Angkutan
10.
Jasa
11.
Lainnya
|
598
445
98
45
1
356
79
10
7
23
35
|
Jumlah
|
1697
|
Sumber: Data Sekunder
Jumlah
penduduk Desa Sukosari berdasarkan mata pencaharian memiliki jumlah keseluruhan
1.697 orang. Penduduk yang bekerja sebagai petani ada 445 orang. Sedangkan penduduk yang bekerja
sebagai buruh tani ada 598 orang. Berdasarkan data monografi di Desa Sukosari
ini, dapat diketahui bahwa penduduk yang bermata pencaharian sebagai buruh tani
berada diperingkat 1 yitu dengan jumlah penduduk sebesar 1697 orang. Penduduk
dengan mata pencaharian sebagai petani menempati peringkat nomor 2 setelah
buruh tani. Dengan jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani
sebesar445, jumlah kelompok tani yang berada di Desa Sukosari ada 4 kelompok tani.
3)
Keadaan Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
Penduduk di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karangnnyar terdiri dari 2.934 jiwa, yang dapat dilihat dari tabel 3.3 di bawah ini. Dari tabel
itu dijelaskan kependudukan dari
jenis kelamin. Dan penduduk dari Desa Sukosari ini semuanya termasuk dalam
Warga Negara Indonesia (WNI) tidak ada dari Negara asing.
Tabel
3.4 Keadaan
Penduduk menurut Jenis Kelamin di Desa Sukosari,
Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karangannyar Tahun 2014
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
Laki-Laki
Perempuan
|
1429
1505
|
Jumlah
|
2934
|
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan tabel 3.3 menurut data jenis
kelamin, maka dapat di lihat prosentase perbandingan antara penduduk laki-laki dan penduduk
perempuan atau disebut dengan sex ratio.
Untuk mengetahui besarnya sex ratio
maka dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
sex ratio = 94,95 %
Sex ratio yaitu perbandingan jumlah
penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan dikali 100%. Dari
perhitungan di atas didapatkan bahwa angka sex ratio menunjukkan bahwa setiap
100 warga laki-laki terdapat 94 orang warga perempuan. Terlihat bahwa perbandingan
penduduk perempuan di Desa Sukosari cenderung lebih besar dari jumlah laki –
laki, hal ini berpengaruh pada besarnya tingkat tenaga kerja rumah tangga.
Sehingga perempuan berpengaruh besar dalam perkembangan pertanian terutama
dalam penyediaan tenaga kerja. Dengan demikian tenaga kerja pada saat panen dan
penyiangan banyak didominasi oleh tenaga kerja perempuan.
4)
Keadaan penduduk berdasarkan umur
Penduduk di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karangnnyar terdiri dari 2.934 jiwa, yang dapat dilihat dari tabel 3.4 di bawah ini. Dari tabel
itu dijelaskan kependudukan
menurut umur penduduk. Mulai umur 0 tahun sampai usia non produktif.
Tabel 3.5 Keadaan
Penduduk Menurut Umur di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten KarangannyarTahun 2014
Umur
|
Keterangan
|
0 – 14
|
493
|
15 – 58
|
1015
|
>58
|
97
|
∑ produktif
|
1015
|
∑ non-produktif
|
590
|
Sumber: Data Sekunder
Pengelompokan penduduk dalam usia
produktif (15 – 59) tahun dan usia non-produktif (0 – 14 tahun dan >58
tahun). Biasanya menunjukkan
perkembangan kependudukan dan dapat pula digunakan untuk menghitung besarnya
Angka Beban Tanggungan (ABT) yang bisa digunakan dan dipakai sebagai indikator
ekonomi suatu daerah. Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa warga non
produktif lebih sedikit daripada usia produktifnya. Sehingga dengan ini tidak
akan memperburuk perekonomian Desa tersebut.
Dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karangannyar terdiri dari 2.934 jiwa. Dengan penduduk laki-laki lebih
sedikitdibanding penduduk perempuan yaitu 1.429 jiwa penduduk laki-laki dan 1.505 penduduk perempuan. Penduduk dengan tingkat umur 15-58 tahun merupakan jumlah terbanyak yaitu 1015 jiwa yang termasuk usia produktif sedangkan penduduk yang berumur >58 tahun merupakan jumlah penduduk paling sedikit, yaitu
sebesar 97 jiwa yang termasuk dalam usia non produktif.
5) Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Petani di desa Sukosari menempuh tingkat
pendidikan yang berbeda-beda. Perbedaan ini dikarenakan oleh faktor biaya.
Berikut adalah data keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di desa Sukosari. Dengan ini
dapat dilihat dalam tabel 3.5 sebagai berikut
Tabel 3.6 Keadaan Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sukosari,
Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karangannyar Tahun 2014
Pendidikan
|
Jumlah
|
1. Pendidikan Umum
a. Tamat SD
b. Tamat SMP
c. Tamat SMA
d. DI-D3
e. S1/D4
f. S2-S3
|
824
449
272
33
9
1
|
2. Pendidikan Khusus
a. Pondok pesantren
b. Pendidikan Keagaman
c. SLB
d. Kursus
|
21
28
-
54
|
Jumlah
Penduduk
|
1691
orang
|
Sumber : Data Sekunder
Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui bahwa tingkat pendidikan warga desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar
sudah cukup tinggi, terbukti pada tahun 2014 pendidikan penduduk di desa tersebut sudah
sampai pendidikan Pasca Sarjana. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan
mendapatkan perhatian penting dari warga desa serta dukungan orang tua terhadap
anaknya untuk mengedepankan pendidikan begitu besar pula. Pendidikan di desa Sukosari
dikelompokkan ke dalam 2 tipe pendidikan umum dan pendidikan khusus. Pendidikan
umum meliputi SD, SMP, SMA, DI-D3, S1/D4 dan S2-S3. Dan pendidikan khusus
meliputi pondok pesantren, pendidikan keagamaan, sekolah dasar luar biasa dan
kursus/ketrampilan. Dengan jumlah penduduk sebanyak 1691 orang.
6) Jumlah Hasil Pertanian
Luas lahan adalah suatu wilayah yang
mewakili kesejahteraan penduduk, khususnya dalam bidang pertanian negara
berkembang menggantungkan pendapatan yang cukup besar dibandingkan pendapatan
negara yang lain, sehingga yang menjadi perhatian dan bahan kajian secara
khusus adalah luas areal lahan yang digunakan dalam kegiatan pertanian, berikut ini data luas lahan
pertanian di Desa Sukosari yang tersaji dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3.7 Jumlah Hasil Pertanian di Desa Sukosari,
Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karangannyar Tahun 2012
No.
|
Jenis Tanaman
|
Luas (ha)
|
Produksi (ton)
|
||
1
|
Padi sawah
|
60
|
129
|
||
2
|
Jagung
|
26
|
104
|
||
3
|
Ketela Pohon
|
32
|
128
|
||
4
|
Ketela Rambat
|
2
|
6
|
||
5
|
Kacang Tanah
|
93
|
279
|
||
6
|
Kedelai
|
-
|
-
|
||
Jumlah
|
213
|
646
|
|||
Sumber : Data Sekunder
Lahan yang digunakan untuk menanam
tanaman padi yaitu sebesar 60 Ha, lahan untuk menanam tanaman jagung di Desa
Sukosari yaitu seluas 26 Ha, untuk
menanam Ketela Pohon seluas 32 Ha untuk menanam
ketela rambat seluas 2 Ha dan untuk kacang tanah seluas 93 Ha. Sehingga
seluruh luas lahan yang digunakan untuk lahan pertanian sebesar 213 Ha. Dan
hasil pertanian yang didapatkan sebesar 646 ton dari 6 macam hasil pertanian.
7) Jumlah Hasil Ternak
Ternak adalah sebagai sumber
pendapatan lain dari suatu penduduk desa. Biasanya hewan yang diternakkan yaitu
hewan yang mempunyai nilai ekonomis sehingga dapat untuk dijual. Oleh karena
itu, hewan ternak sangat bermanfaat bagi petani selain untuk dijual , hewan ternak dapat dijadikan
untuk membantu beban manusia dalam berkerja contohnya yaitu kerbau digunakan untuk
membajak sawah.
Tabel
3.8 Hewan Ternak Desa Sukosari, Kecamatan
Jumantono, Kabupaten Karanganyar Tahun 2014
Ternak
|
Jumlah
|
1. Sapi
2. Kerbau
3. Ayam
4. Entog
5. Kambing
|
265
-
3.096
43
398
|
Jumlah
|
3802
|
Sumber
: Data Sekunder
Berdasarkan
tabel diatas dapat diketahui bahwa di Desa Sukosari Kecamatan Jumantono
Kabupaten Karanganyar, hewan yang yang diternak yaitu berupa sapi, ayam, entog
dan kambing. Jumlah hewan ternak tertinngi yang dimiliki penduduk desa Sukosari
berupa ayam yaitu sebesar 3.096 ekor. Kemudian hewan ternak yang paling sedikit
jumlahnya berupa Entog dengan jumlah sebesar 43 ekor. Selanjutnya jumlah
rata-rata hewan ternak didesa Sukosari Kecamatan Jumantono Kabupaten
Karanganyar yaitu sebesar 3802 ekor.
Keadaan wilayah Desa Sukosari ini merupakan lahan persawahan yang didominasi oleh tanaman padi. Sehingga mayoritas penduduk yang berprofesi sebagai petani menanam padi pada lahan mereka. Warga petani di Desa Sukosari ini tergabung dalam macam 3 kelompok petani dan 1 Gapoktan. YaituKelompok Tani Makaryo yang terletak di Dusun Suko, Kelompok Tani Makmur di Dusun Bakdalem, kelompok Ngudi makmur di Dusun Doplang Bakaran dan Gapoktan Tani Makmur di Dusun Sukosari.
Kelompok tani Ngudi Makmur adalah salah satu kelompok tani yang digunakan oleh kelompok kami untuk diobsesvasi kegiatan penyuluhan pertanian. Sasaran observasi penyuluhan dalam Praktikum Penyuluhan Pertanian yaitu Kelompok Tani “Ngudi Makmur” yang berada di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karangannyar. Kelompok Tani “Ngudi Makmur” berada di wilayah kerja BPP (Badan Penyuluhan Pertanian) Jumantono. Kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karangannyar ini biasanya dilaksanakan minima l 1 bulan sekali (disesuaikan dengan permasalahan/materi yang perlu disampaikan).Kelompok Tani “Ngudi Makmur” ini diketuai oleh Bapak Hadi Suratno, Kelompok Tani ini termasuk dalam kelas Kelompok Tani Utama dan penyuluh yang bertanggung jawab melakukan penyuluhan di Desa Sukosari ini adalah Ibu Rukini,SP. Biasanya kegiatan penyuluhan dilaksanakan di salah satu rumah warga. Dan kegiatan penyuluhan kali ini bertempat di rumah bapak Hartoyo. Sasaran utama penyuluhan adalah petani dan keluarganya yang langsung terlibat dalam kegiatan.
Keadaan wilayah Desa Sukosari ini merupakan lahan persawahan yang didominasi oleh tanaman padi. Sehingga mayoritas penduduk yang berprofesi sebagai petani menanam padi pada lahan mereka. Warga petani di Desa Sukosari ini tergabung dalam macam 3 kelompok petani dan 1 Gapoktan. YaituKelompok Tani Makaryo yang terletak di Dusun Suko, Kelompok Tani Makmur di Dusun Bakdalem, kelompok Ngudi makmur di Dusun Doplang Bakaran dan Gapoktan Tani Makmur di Dusun Sukosari.
Kelompok tani Ngudi Makmur adalah salah satu kelompok tani yang digunakan oleh kelompok kami untuk diobsesvasi kegiatan penyuluhan pertanian. Sasaran observasi penyuluhan dalam Praktikum Penyuluhan Pertanian yaitu Kelompok Tani “Ngudi Makmur” yang berada di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karangannyar. Kelompok Tani “Ngudi Makmur” berada di wilayah kerja BPP (Badan Penyuluhan Pertanian) Jumantono. Kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karangannyar ini biasanya dilaksanakan minima l 1 bulan sekali (disesuaikan dengan permasalahan/materi yang perlu disampaikan).Kelompok Tani “Ngudi Makmur” ini diketuai oleh Bapak Hadi Suratno, Kelompok Tani ini termasuk dalam kelas Kelompok Tani Utama dan penyuluh yang bertanggung jawab melakukan penyuluhan di Desa Sukosari ini adalah Ibu Rukini,SP. Biasanya kegiatan penyuluhan dilaksanakan di salah satu rumah warga. Dan kegiatan penyuluhan kali ini bertempat di rumah bapak Hartoyo. Sasaran utama penyuluhan adalah petani dan keluarganya yang langsung terlibat dalam kegiatan.
b. Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian
Jadwal
kegiatan penyuluhan pertanian di Desa Sukosari khususnya kelompok tani Ngudi Makmur
ini tidak menentu. Apabila ada permasalan
(serangan hama desa) tersebut maka penyuluh langsung datang dan
memberikan solusi pengendalian juga apabila terdapat materi yang perlu di
sampaikan seperti saat kelompok kami mengikuti penyuluhan, materi yang
disampaikan adalah tentang sistem tanam Jajar legowo. Terkadang penyuluh harus
mengalihkan penyuluhan di suatu tempat yang sudah direncanakan apabila terdapat
suatu desa yang lebih membutuhkan materi penyuluhan seperti ketika ada serangan
hama, atau mendekati panen juga desa tersebut belum diberikan materi yang harus
disampaikan. Jadi jadwal penyuluhan disesuaikan dengan kondisi desa (kelompok
tani) yang bersangkutan.
3.
Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan yang disampaikan para PPL
adalah tentang sistem tanam “Jajar Legowo”. Penyampaian materi dimulai dengan
menyampaikan metode pembibitan, metode pengolahan tanah, penjelasan tentang
sistem tanam “Jajar legowo” dan pemupukan berimbang, Materi pertama adalah
metode pembibitan yang meliputi : pemilihan benih, perlakuan benih, persemaian
benih). Materi pemilihan benih disampaikan bahwa penggunaan benih varietas
unggul bermutu akan menghasilkan daya perkecambahan yang tinggi dan seragam,
tanaman yang sehat dengan perakaran yang baik, tanaman tumbuh lebih cepat,
tahan terhadap hama dan penyakit, berpotensi hasil tinggi dan mutu hasil yang
lebih baik. Juga penggunaan bibit muda dapat memperbanyak, anakan tanaman dan
memaksimalkan pertumbuhan tanaman. Namun pada daerah endemis keong mas
dianjurkan penggunaan bibit yang lebih tua.
Penyuluh juga menganjurkan dalam perlakuan
benih untuk menyeleksi benih bermutu dengan perendaman larutan garam 3% (selama
10 menit) dan benih bernas akan tenggelam juga perendaman benih dalam PGPR
(merupakan zat pengatur tumbuh) untuk
merangsang pertumbuhan akar dan memperkuat tanaman. Perendaman PGPR juga dapat
mencegah datangnya jamur. Perendaman PGPR selama sehari semalam kemudian
direndam air dan apabila sudah berkecambah mulai di sebarkan ke lahan. Penyuluh
juga menyampaikan tentang hal yang perlu di perhatikan dalam pembuatan persemaian/
pembibitan, diantaranya: membuat bedengan kurang lebih 1 meter dengan panjang
bervariasi sesuai keadaan lahan. Pada areal pertanaman seluaa 1 Ha maka
membutuhkan areal pembibitan seluas 400
yang
cukup ditebari dengan 1 kg benih.Hal ini bertujuan agar bibit padi dapat tumbuh
optimal dalam persemaian yang longgar.
Bedengan persemaian yang telah dibuat,
diolah sempurna sampai tekstur tanah
gembur merata dan memberikan pupuk organic 2 kg/ bedengan. Hal tersebut untuk mempermudah dalam
pencabutan bibit padi agar akar tidak rusak. Tentang pengolahan tanah, penyuluh
hanya menyampaikan bahwa untuk mengolah tanah adalah sesuai dengan tipologi dan
kondisi tanah di daerah tersebut. Selanjutnya mulai membahas tentang sistem
tanam jajar legowo.sistem tanam ini disampaikan pada para petani karena
berhubungan dengan penanaman yang tepat waktu, serentak dan jumlah populasi
yang optimal dapat menghindari serangan hama dan penyakit, menekan gulma,
terhindar dari kelebihan dan kekurangan air, memberikan pertumbuhan tanaman
yang sehat, seragam dan hasil yang tinggi. Sistem tanam jajar legowo adalah
cara tanam padi sawah yang memiliki beberapa barisan tanaman kemudian diselingi
oleh 1 baris kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir ½ kali jarak
tanaman pada baris tengah.
Cara tanam jajar legowo untuk padi sawah
secara umum bisa dilakukan dengan berbagai tipe yaitu: legowo (2:1), (3:1),
(4:1), (5:1) atau tipe lainnya. Tetapi untuk penyuluhan kali ini lebih
dianjurkan untuk menggunakan tipe 2:1.
Keuntungan dari sistem tanam jajar legowo
adalah : Semua barisan rumpun tanaman pada bagian pinggir tanamn memberikan
hasil lebbih tinggi, Pemupukan dan pengendalian gulma/hama/penyakit lebih
mudah, Menambah jumlah tanaman yang
ditanam sehingga hasil juga bertambah, dan Menyediakan ruang kosong untuk pengaturan air.Hal ini pemerintah
menegaskan bahwa para petani agar menggunakan sistem tanam ini.Penyuluh juga
menjelaskan hal tersebut kepada para petani sehingga pemerintah juga memberikan
benih padi gratis sebesar 625 kg untuk 25 Ha kepada petani yang mau mencoba
sistem tanam tersebut.Para petani pun antusias dengan sistem tanam jajar legowo
ini sehingga mereka sepakat untuk mencobanya. Kemudian untuk para penyuluhjuga tidak lepas tanggung jawab untuk
mendampingi para petani ketika tiba masa tanamnya. Materi selanjutnya
disampaikan tentang pemupukan berimbang. Untuk pemupukan berimbang berdasarkan
kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara tanah dengan prinsip tepat jumlah,
jenis, cara, dan waktu aplikasi sesuai dengan jenis tanaman akan memberikan
pertumbuhan yang baik dan meningkatkan kemampuan tanaman mencapai hasil tinggi.
Mteri ini disampaikan karena mengingat bahwa pemakaian pupuk kimia berlebih
terus menerus dapat menurunkan pH tanah ( tabah asam). Maka dari itu perlunya
pemberian dolomite sebelum tanam untuk menaikkan pH tanah.Dosis pemupukan tanah
spesifik lokasi disesuaikan pada kebutuhan tanaman dan ketersediaan unsur hara
dalam tanah sawah. Metode yang digunakan antara lain: Kebutuhan unsur N diketahui dengan cara
mengukur tingkat kehijauan daun padi menggunakan Bagan Warna Daun ( BWD), Pemupukan P dan K berdasarkan status hara
tanah menggunakan PUTS (Perangkat Uji Sawah Tanah), Dosis pemupukan berimbang
yang ada sesuai dengan anjuran spesifik lokasi tersebut. Penggunaan pupuk
organik gencar dianjurkan karena mempunyai beberapa keuntungan, yaitu: Mengandung
unsur hara makro dan mikro yang lengkap walaupun dalam jumlah yang sedikit, Dapat
memperbaiki struktur dan kesuburan tanah, Pengolahan tanah juga akan lebih
mudah karena gembur (tidak keras) berbeda pada tanah yang selalu diberikan
pupuk kimia maka tanah akan keras sehingga sulit dalam pengolahan dan Mengurangi residu kimia dalam tanah akibat penggunaan pupuk dan
pestisida kimia. Sehubungan dengan pupuk penyuluh juga menyampaikan bahwa
mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah, diantaranya : 100 kg/Ha pupuk urea,
250 kg/Ha pupuk NPK dan 1000 kg/Ha pupuk organik.
4. Alat bantu penyuluhan
Salah
satu kegiatan dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian adalah penyampaian
informasi pertanian kepada penggunanya. Media penyuluhan pertanian disebut juga
sebagai alat bantu penyuluhan pertanian yang dapat dilihat, didengar, diraba,
dirasa dan dicium dengan maksud untuk memperlancar komunikasi. Alat bantu
penyuluhan adalah alat-alat atau perlengkapan penyuluhan yang diperlukan oleh
penyuluh guna memperlancar proses mengajarkan selama kegiatan penyuluhan itu
dilaksankan. Alat ini juga diperlukan
untuk mempermudah penyuluh selama melaksanakan kegiatan penyuluhan baik dalam
menentukan/memilih materi penyuluhan atau menerangkan inovasi yang disuluhkan.
Alat bantu yang digunakan dalam penyuluhan di Desa Sukosari dapat dilihat dalam
tabel berikut :
Tabel
3.9 Alat Bantu Penyuluhan di Desa Sukosari
Alat Bantu Penyuluhan
|
Keterangan
|
a. Papan Tulis
|
Untuk menjelaskan materi penyuluhan
|
b. Spidol
|
Untuk menulis dan menggambar di
papan tulis
|
Sumber:
Data Sekunder
Kegiatan penyuluhan di Desa Sukosari,
Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar ini belum menggunakan alat bantu
penyuluhan modern secara maksimal yang dikarenakan oleh beberapa keterbatasan
dan beberapa hal lain. Alat bantu yang digunakan penyuluh pada kegiatan
penyuluhan di Desa Sukosari yaitu:
a. Papan tulis ( white board)
Menggunakan papan tulis ini akan memudahkan
para penyuluhan menjelaskan materi kepada para petani. Khususnya saat petani
menjelaskan sistem tanam jajar legowo yaitu menggambarkan bagaimana jarak-jarak
tanam yang harus dibuat.Juga menjelaskan beberapa tipe dari sistem tanam jajar
legowo. Sehingga setelah penyuluh menjelaskan/menggambarkan di papan tulis
tersebut maka para petani akan lebih cepat memahaminya. Penyuluh menggunakan alat
bantu papan tulis ini karena penyuluhan diadakan cukup mendadak sehingga belum
cukup persiapan dan penyuluhan dilaksanakan dalam durasi yang cukup pendek
serta materi yang disampaikan juga relative sedikit.
b. Spidol
Alat ini merupakan alat bantu yang digunakan
peyuluh ketika menjelaskan di papan tulis. Yaitu ketika peyuluh menggambarkan
dan menulis jarak tanam untuk sistem tanam jajar legowo beserta tipe-tipenya
maka akan menggunakan alat tersebut. Sehingga dengan menggunakan alat tersebut
maka para petani akan mudah memahaminya. Penyuluh menggunakan alat bantu ini
karena sehubungan dengan menggunakan alat bantu papan tulis (white board).
Dalam penyuluan tersebut penyuluh tidak
mempersiapkan lembar-lembar persiapan penyuluhan (LPP) dikarenakan kegiatan
penyuluhan diadakan secara tiba-tiba/mendadak.Apabila ada permasalahan atau
materi yang harus disampaikan di suatu desa maka penyuluh langsung mendatangi
desa tersebut dan memberikan solusi juga informasi. Terkadang penyuluh harus
mengalihkan penyuluhan di suatu tempat yang sudah direncanakan apabila terdapat
suatu desa yang lebih membutuhkan materi penyuluhan seperti ketika ada
permasalahan di lahan mereka ataupun di desa tersebut belum disampaikan materi
yang baru..
5. Alat peraga penyuluhan
Alat peraga digunakan untuk menarik perhatian
dari sasaran penyuluhan, untuk memperjelas pengertian tentang segala sesuatu
yang disampaikan, membuat penyuluhan lebih efektif dan memberi kesan yang lebih
mendalam.Penggunaan alat peraga tidak mempengaruhi suatu proses penyuluhan.
Dalam penggunaan alat peraga di dalam penyuluhan harus diperhatikan pemilihan alat peraga yang paling efektif dan
efisien untuk tujuan perubahan perilaku penerima manfaat yang diinginkan
penyuluhnya.
Alat
peraga yang digunakan pada kegiatan penyuluhan pertanian di Desa Sukosari yaitu
sebagai berikut:
Tabel 3.10 Alat Peraga Penyuluhan
Desa Sukosari Kecamatan
Jumantono Kabupaten Karanganyar Tahun 2014
Alat Peraga
|
Keterangan
|
Gambar
|
Gambar dari papan tulis
|
Brosur
|
Kertas selebaran yang memuat gambar dan tulisan
|
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan tabel 3.10, bahwa alat peraga yang digunakan oleh penyuluh
pada kegiatan penyuluhan pertanian di Desa Sukosari yaitu gambar. Gambar
tersebut di buat oleh penyuluh sendiri dengan alat bantu papan tulis (white board) dan spidol. Dengan gambar
tersebut maka petani akan lebih jelas tentang materi yang disampaikan.
Menggunakan alat peraga gambar karena akan lebih jelas dan bebas untuk
mencoret-coretnya daripada dengan gambar foto yang tidak diberikan penjelasan
secara rinci.
Alat peraga lainnya adalah
brosur.Leaflet/Brosur/Liptan adalah media berbentuk selembar kertas yang diberi
gambar dan tulisan (biasanya lebih banyak tulisan) pada kedua sisi kertas serta
dilipat sehingga berukuran kecil dan praktis dibawa.Biasanya ukuran A4 dan
dilipat menjadi tiga bagian. Media ini berisikan suatu gagasan secara langsung
ke pokok persoalannya dan memaparkan cara melakukan tindakan secara pendek dan
lugas dan bersifat memberikan langkah-langkah untuk melakukan sesuatu
(instruksional). Media ini sangat efektif untuk menyampaikan pesan yang singkat
dan padat.
Kelebihan dari penggunaan selebaran atau
brosur dalam penyuluhan adalah memberikan kesan lebih dan mendalam pada saat
proses penyuluhan karena para penerima manfaat akan lebih mudah mengingat jika
dalam penyuluhan tersebut disertakan gambar yang menarik. Maka para penyuluh
menggunakan selebaran tersebut untuk lebih memudahkan dalam menyampaikan isi
materi dari penyuluhan.Selain membantu dalam mempermudah materi yang
disampaikan selebaran atau brosur juga memberikan kesan yang dapat menarik
perhatian dari para penerima manfaat sehingga para penerima manfaat lebih fokus
dalam mengikuti penyuluhan.
Para penyuluh lebih memilih menggunakan brosur
atau selebaran dalam membantu proses penyuluhannya karena brosur/selebaran
lebih efektif dan efisien dalam penggunaanya. Brosur yang hanya selebaran
kertas dapat dilipat memudahkan untuk dibawa kemana-mana dan dapat dibawa
pulang oleh para penerima manfaat.Brosur yang didalamnya berisi gambar dan
tulisan yang sederhana memudahkan para penerima manfaat untuk memahaminya dan
mengingatnya.Sehingga diharapkan para penerima manfaat mampu menerapkan dari
isi materi yang disuluhkan dan dapat mengubah perilaku dari para penyuluh itu
sendiri.
6.
Teknik Komunikasi
Penyuluh
Teknik penyuluhan merupakan cara
penyuluh untuk mendekatkan materi pada sasaran. Teknik penyuluhan yang
digunakan dalam penyuluhan mengenai “Sistem Tanam Jajar Legowo” di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar adalah dengan menggunakan teknik/metode ceramah. Metode ceramah umumnya
diselenggarakan dalam suatu tempat dengan suasana yang cukup menunjang
terselenggaranya suasana pembicaraan yang komunikatif. Ruangan yang tersedia
relatif cukup luas dengan kapasitas tampung 30-500 orang. Pada kegiatan pertemuan dengan
menggunakan metode ceramah, penyuluh hanya menyampaikan pokok-pokok pikiran
yang ingin disampaikannya dan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
sasaran penyuluh pertanian untuk menyampaikan tanggapan terhadap hal-hal yang
disampaikan, dengan catatan hal-hal yang disampaikan berupa pokok pikiran
mengenai materi yang disampaikan yang telah dikuasai penjelasannya secara
mendetail oleh penyuluh.
Teknik komunikasi penyuluhan atau
metode yang digunakan dalam penyuluhan di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono,
Kabupaten Karanganyar yaitu:
Tabel 3.11 Teknik
Komunikasi Penyuluhan Pertanian yang digunakan di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono,
Kabupaten Karanganyar tahun 2014
Teknik
|
Penjelasan
|
Ceramah
|
Menjelaskan materi pada sasaran penyuluhan tanpa adanya
partisipasi aktif dari sasaran penyuluhan
|
Sumber : Data Primer
Karena jumlah sasaran penyuluhan cukup besar maka
diperlukan alat bantu yang menunjang kelancaran pertemuan baik berupa materi
tertulis maupun gambaran yang terproyeksi yang memiliki ukuran yang cukup
besar. Jika peralatan tidak tersedia, penyuluh pertanian harus pandai membaca situasi dan berusaha untuk
menarik perhatian para hadirin untuk memperhatikan materi yang disuluhkannya.
Waktu ideal untuk penyelenggaraan penyuluhan pertanian dengan metode ceramah ini maksimum 1 – 2 jam.
Berdasarkan tabel 3.11 penggunaan metode ceramah oleh penyuluh
ini karena penyuluh ingin menyampaikan materi lebih jelas dan tepat. Dan juga
materi yang disampaikan oleh penyuluh mengenai sistem jajar legowo masih
terkesan baru ditelinga para penerima manfaat. Jadi penyuluh dapat menjelaskan
sebanyak-banyaknya mengenai sistem jajar legowo. Keunggulan dari metode ceramah
ini adalah mempunyai efektifitasnya tinggi dan
informasi yang disampikan dapat lebih mendalam.
7.
Deskripsi kegiatan
penyuluhan dari awal sampai akhir
Kegiatan penyuluhan pertanian
dilakukan pada hari Sabtu, 17 Mei 2014. Bertempat di salah satu rumah penduduk
di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar pukul 12.00-14.30
WIB. Kegiatan penyuluhan sebagian besar dihadiri oleh orang tua yang merupakan
anggota kelompok tani di Desa Sukosari.Materi penyuluhan disampaikan oleh Bapak Waluyo selaku
ketua tim penyuluh dari Desa Sukosari dan dihadiri pula oleh Bapak Edi dan Ibu Yayuk selaku
penyuluh di desa tersebut. Selain dari tim penyuluh yang datang dalam
penyuluhan kemarin, penyuluhan tersebut dihadiri pula Ibu Luluk yang
mensosialisasikan pupuk organik “POMI”. Materi penyuluhan yang disampaikan
berjudul “Sistem Tanam Jajar Legowo”. Penyampaian materi disesuaikan dengan
kondisi didesa tersebut yang petaninya masih menggunakan pola tanam bukan
sistem jajar legowo.
Kebanyakan para petani di
Kecamatan Jumantono khususnya di Desa Sukosari masih menggunakan sistem tanam tegelyang hasil
produksinya masih rendah.Selain itu kebiasaanpara petani yang dalam memupuk
padi mereka masih menggunakan pupuk kimia bukan pupuk organik. Hal ini
menyebabkan kondisi tanahnya mengkhawatirkan karena kandungan unsur hara yang
ada didalamnya menjadi rendah bahkan hilang.
Melihat kondisi yang demikian
tim penyuluh berusaha mengenalkan sistem tanam padi terbaru yaitu sistem tanam
jajar legowo. Dimana nantinya diharapkan kepada para peneriman manfaat dapat
menerapkan sistem tanam jajar legowo ini. Bapak Waluyo mengutarakan bahwa
sistem tanam jajar legowo ini akan dapat meningkatkan hasil produksi panen padi
karena “saya sudah menerapkan sistem ini dan hasilnya memuaskan” ujar bapak
Waluyo. Keuntungan penggunaan sistem ini adalah proses fotosintesis pada
tanaman padi lebih maksimal. Selain itu dalam pembasmian hama lebih mudah dan
juga dalam penyemprotan hama, tanaman padi tidak terlalu banyak terinjak karena
orang yang menyemprot akan berjalan pada lorong diantara tanaman padi yang
lebarnya 40 cm. Proses irigasinya pun juga lebih mudah.
Penyuluhan dengan materi sistem
tanam jajar legowo ini berisikan mengenai bagaimana cara olah tanah yang baik
menurut sistem tanam jajar legowo meliputi pengairan/irigasi, penanaman dan
pemupukan. Kemudian bagaimana cara persemaian bibit yang baik dan efisien.
Selain cara olah tanah yang baik, materi ini juga berisikan bagaimana cara
membuat pupuk organik yang baik dan benar. Sehingga diharapkan kepada penerima
manfaat setelah menerima penyuluhan dapat menerapkan apa yang diterimanya
setelah mengikuti penyuluhan dan beralih dari pupuk kimia ke pupuk organik.
Setelah penyuluhan dari bapak
Waluyo selesai, kemudian penyuluhan disambung dengan sosialisasi pupuk organik
yang disampaikan oleh ibu Luluk dari PT.Indoagitama dengan produknya yang
bernama POMI. Pupuk ini merupakan pupuk organik yang dapat menyeimbangkan
kondisi tanah yang tercemar oleh bahan kimia yang berasal dari pupuk kimia.
Selain pupuk untuk tanaman ibu Luluk juga menawarkan vitamin untuk hewan
ternak.
Alat bantu penyuluhan yang
digunakan pada penyuluhan diyaitu berupa papan whiteboard dan spidol. Alat-alat
tersebut diperlukan oleh penyuluh guna memperlancar proses mengajarnya selama
kegiatan penyuluhan berlangsung. Alat bantu yang digunakan dalam penyuluhan
dimemang tidak banyak, tetapi penggunaan papan whiteboard dan spidol dirasa telah cukup oleh penyuluh karena
dengan adanya papan whiteboard ini penyuluh dapat menggambarkan pola tanam yang
diterapkan pada sistem jajar legowo, peserta penyuluh dapat melihat secara
langsung mengenai gambar atau pola tanam yang di gambarkan oleh para penyuluh.
Terkadang penyuluh harus mengalihkan penyuluhan di suatu tempat yang sudah
direncanakan apabila terdapat suatu desa yang lebih membutuhkan materi
penyuluhan seperti ketika ada serangan hama, atau mendekati panen.
Alat peraga yang digunakan oleh
penyuluh pada kegiatan penyuluhan pertanian di Desa
Sukosari yaitu gambar dan tulisan yang terdapat pada selebaran
kertas dengan ukuran A4 yang dapat dilipat menjadi tiga atau yang biasa disebut
dengan brosur juga gambar yang di gambar oleh peyuluh
itu sendiri. Setiap peserta yang mengikuti
penyuluhan diberikan brosur oleh para penyuluh. Peserta penyuluhan terlihat
antusias dalam membaca brosur tersebut dan melihat gambar dari pola tanam jajar
legowo, terlebih lagi penyuluh memberikan informasi secara interkatif kepada
peserta penyuluh dengan gaya santai tetapi mengena. Hal tersebut terlihat bahwa
peserta penyuluh tidak ada yang pulang saat kegiatan penyuluhan berlangsung,
mereka mengamati satu demi satu materi yang diberikan hingga akhir sambil
mencicipi makanan ringan dan minuman yang disediakan.
Teknik penyuluhan yang
digunakan dalam penyuluhan mengenai “Sistem Tanam Jajar Legowo” di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono,
Kabupaten Karanganyaradalah metode
ceramah karena metode ini selain penyuluh menyampaikan materi (ceramah),
sasaran diberi kesempatan untuk menyampaikan informasi balik baik yang berasal
dari pendapatnya sendiri atau tanggapan atas informasi yang disampaikan oleh
penyuluh atau oleh sasaran penyuluhan yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Wijianto. 2005. Metode Dan Teknik Penyuluhan Pertanian. Fakultas Pertanian UNS:
Surakarta.
Mardikanto T. 2005. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret
University Press.
Suradisastra, Kedi. 2006. Revitalisasi Kelembagaan untuk Mempercepat Pembangunan Sektor Pertanian
dalam Otonomi Daerah. Jurnal Analisis
Kebijakan Pertanian. Vol 1 hal 22 - 31 No. 3 September 2006.
Departemen Pertanian Indonesia. 2008. Strategi, Metode dan Teknik Penyuluhan.
http://pfi3pdata.litbang.deptan.go.id.
Diakses pada tanggal 23 April 2014 pukul 19.00 WIB.
Sri Mustika1, Budi Setiawan2, dan Dodik Briawan2.
2008. Keragaan Penyuluhan Pertanian dalam
Upaya Mendukung Pembangunan Ketahanan Pangan. Jurnal Gizi dan Pangan,
November 2008 3(3): 185 – 191.
BPKP. 2006. Pokok-Pokok
Penyuluhan Pertanian. CV Yasaguna. Jakarta.
Salim, F. 1986. Strategi
Belajar-Mengajar Pertanian. Bandung: Pustaka Martim.
Soeharto. 2005. Prinsip
Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian. UI Press. Jakarta.
Saptana, W dan Ashari. 2007. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat.
http://blog.ub.ac.id/prasticha/2010/05/26/hello-world/. Diakses pada 24
April 2014.